"Sekarang harus ikut protokol kesehatan yang sangat ketat, karena kita tidak mau seperti India," kata Helmi di Garut, Ahad.
Ia menuturkan penularan wabah COVID-19 masih terjadi sehingga masyarakat harus tetap waspada dengan selalu mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan tidak berkerumun.
Jika mengabaikan protokol kesehatan, Helmi khawatir terjadi peningkatan kasus penularan wabah COVID-19 seperti yang sudah terjadi di negara lain adanya lonjakan kasus positif COVID-19 di India.
"Hati-hati, kita jangan sampai kejadian seperti di India," katanya.
Terkait momentum Idul Fitri, kata dia, pemerintah daerah sudah melakukan upaya seperti terus melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan, termasuk melakukan penyekatan datangnya orang dari luar kota.
Selain itu, saat pelaksanaan Shalat Id nanti akan diberlakukan pengaturan dengan pembagian tempat agar tidak terlalu banyak kerumunan orangnya dan disiagakan Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
"Protokol kesehatan kita laksanakan pada Shalat Id, dianjurkan di tempat-tempat lebih kecil, dianjurkan di masjid kecil atau di lapangan kecil supaya mudah melakukan kontrol," katanya.
Terkait adanya kerumunan orang saat momentum buka puasa di tempat makan, Helmi menyatakan petugas di lapangan terus berupaya untuk menertibkan dan mengingatkan masyarakat maupun pemilik tempat makan agar menerapkan protokol kesehatan.
Helmi mengaku prihatin masih adanya masyarakat yang saat ini masih banyak mengabaikan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah seperti kegiatan buka bersama di rumah makan maupun restoran.
"Itu kita sayangkan, saya imbau rumah makan harus memperhatikan kapasitas karena semua kegiatan seperti sekolah saja kegiatannya dibatasi 25 persen," katanya.*
Baca juga: 12 desa di Garut terbebas dari area "blank spot" internet