New York (ANTARA) - Harga minyak naik ke level tertinggi baru enam minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), terangkat oleh data ekonomi AS yang kuat, dolar yang lemah dan pemulihan permintaan yang diperkirakan melebihi kekhawatiran tentang kasus COVID-19 yang lebih tinggi di Brazil dan India.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni bertambah 1,29 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi ditutup pada 68,56 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terdongkrak 1,15 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi berakhir pada 65,01 dolar AS per barel.
Itu menempatkan kedua harga acuan minyak naik untuk hari ketiga berturut-turut ke penutupan tertinggi sejak 15 Maret.
"Musim panas adalah sinonim untuk musim mengemudi dan pengemudi di Amerika Serikat, China, dan Inggris akan mulai mengonsumsi lebih banyak bahan bakar, sebuah perkembangan yang diyakini pasar akan menutupi penurunan akibat COVID-19 di India," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
Dia menambahkan bahwa harga minyak mendapat dukungan tambahan dari dolar yang lemah, yang membuat "minyak lebih murah untuk dibeli secara
internasional."
Greenback melayang di dekat posisi terendah sembilan minggu, di bawah tekanan prospek dovish dari Federal Reserve AS dan rencana pengeluaran yang berani dari Presiden AS Joe Biden.
Sementara itu, berita positif dari Eropa termasuk pengumuman dari Moderna Inc bahwa mereka akan menggandakan kapasitas vaksin untuk tahun depan dan Jerman dalam mengelola rekor harian hampir 1,1 juta dosis vaksin COVID pada Rabu (28/4/2021).
"Prospek permintaan minyak mentah mendapat dorongan besar dari Eropa dan itu akan mengatasi beberapa risiko di India dan banyak pasar negara berkembang," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Kota New York bertujuan untuk "dibuka kembali sepenuhnya" pada 1 Juli setelah lebih dari setahun penutupan dan pembatasan kapasitas, kata Walikota Bill de Blasio, mengutip kemajuan yang memuaskan dalam memvaksinasi lebih dari 8 juta penduduknya.
Analis di Citibank mengatakan kampanye vaksinasi di Amerika Utara dan Eropa akan memungkinkan permintaan minyak mencapai rekor tertinggi 101,5 juta barel per hari selama bulan-bulan musim panas di belahan bumi utara, tetapi memperingatkan meningkatnya kasus COVID-19 di Brazil dan India dapat memukul permintaan lokal jika penguncian yang lebih ketat diberlakukan kembali.
"Wabah di India menahan reli minyak," kata Howie Lee, seorang ekonom di bank OCBC Singapura.
Total kasus COVID-19 India melewati 18 juta pada Kamis (29/4/2021).
Di Eropa, perusahaan energi besar, termasuk BP, Total dan Equinor, mendapat keuntungan dari harga minyak yang lebih tinggi untuk melaporkan kenaikan besar dalam laba kuartal pertamanya.
Pertumbuhan ekonomi AS mengalami percepatan pada kuartal pertama, didorong oleh bantuan pemerintah besar-besaran untuk rumah tangga dan bisnis, memetakan arah untuk apa yang diperkirakan menjadi kinerja terkuat tahun ini dalam hampir empat dekade.
Baca juga: Harga minyak naik lebih dari satu persen terkerek optimisme permintaan
Baca juga: Harga minyak naik ditopang optimisme permintaan meski kasus Covid melonjak
Baca juga: Minyak tergelincir, tertekan melonjaknya kasus COVID di India
Prospek permintaan "bullish", harga minyak naik ke tertinggi baru 6-minggu
Jumat, 30 April 2021 6:25 WIB