Bogor, 13/8 (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor melalui program Jumat keliling yakni mengunjungi belasan desa di lingkar kampus perguruan tinggi itu, mengangkat potensi lokal Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, yakni keripik talas dan minuman khas bandrek.
Kepala Humas Institut Pertanian Bogor Ir Henny Windarti di Bogor, Jumat, menjelaskan bahwa dengan program Jumat keliling (Jumling) itu, para pimpinan dan peneliti IPB memberikan informasi dan pelatihan mengenai berbagai potensi desa yang bisa dikembangkan untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi.
"Kegiatan Jumling terbukti mampu memberikan nilai tambah pada desa-desa yang telah dikunjungi," katanya.
Terkait dengan program itu, Camat Dramaga Arom Rusmandar menyampaikan terima kasih kepada IPB yang membantu warganya, khususnya warga Desa Sinarsari, untuk mengangkat potensi lokal desa seperti keripik talas belitung dan bandrek, sehingga masyarakat yang membuat industri rumahan itu kesejahteraannya meningkat.
"IPB juga berupaya memasarkan produk keripik tersebut di Serambi Botani di Botani Square," katanya.
Serambi Botani yang berada di mal Botani Square yakni sebuah pusat bisnis milik IPB yang dikelola bekerja sama dengan investor, dan beberapa gerai di antaranya menjual berbagai produk hasil pertanian.
Sementara itu, menurut Henny Windarti, tim Jumling Institut Pertanian Bogor pada kegiatan terakhir sebelum memasuki bulan suci Ramadhan 1431 Hijriah pekan lalu menyerahkan empat domba jantan bakalan dengan sistem bagi hasil kepada peternak di Desa Sinarsari.
"Empat domba bakalan jantan tersebut akan digemukkan, lalu pada Hari Raya Idul Adha nanti bisa dijual dan keuntungannya dibagi dengan sistem bagi hasil. Jadi bukan untuk disembelih," kata peneliti Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr Sri Rahayu.
Ia menjelaskan, Institut Pertanian Bogor memilih memberikan domba karena mudah dipelihara. Sedangkan sapi membutuhkan perawatan ekstra.
"Domba tersebut kami serahkan pada peternak dengan kriteria mempunyai kandang sendiri, sanggup merawat, dan mencarikan rumput," katanya.
Dikemukakannya bahwa selama proses penggemukan tersebut tim Institut Pertanuan Bogor akan mendampingi guna memberikan informasi bagaimana domba itu cepat gemuk.
"Kami berharp program penggemukan domba ini suatu saat bergulir ke peternak lain," katanya.
Pimpinan rombongan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor Dr drh Hasim, DEA menambahkan dengan pemberian domba itu para peternak tidak lalai dalam menjalankan ibadah dan mengurus keluarga.
"Jangan sampai karena begitu cintanya pada domba, lalu lupa salat, dan lupa anak dan keluarga," katanya.
Hasim mengingatkan warga untuk mensyukuri karunia alam yang diberikan Allah SWT.
"Kita seringkali lebih menyukuri karunia makanan dari hasil pertanian yang menjadi sumber energi manusia dibanding karunia sinar matahari yang menjadi sumber energi fotosintesis tanaman. Padahal tanpa sinar matahari semua tanaman tidak bisa menghasilkan bahan makanan yang dibutuhkan manusia," katanya.
Dengan menyukuri karunia tersebut, kata dia, Allah SWT akan menambahkan karunia-Nya.
Hasim yang juga menjabat Dekan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor itu juga mengingatkan warga untuk tidak membeda-bedakan bahan pangan bagi manusia.
Menurut dia, baik singkong, jagung maupun beras sama saja sebagai sumber energi manusia. Orang yang makan beras tidak lebih baik dibanding orang yang makan jagung karena keduanya mempunyai keunggulan untuk kemanfaatan manusia.
"Suatu hasil pertanian itu berharga atau tidak hanyalah penilaian manusia. Bagi petani mungkin rumput tidak berharga sehingga dicabut dan dibuang. Sementara di pertandingan Piala Dunia sepak bola, harga rumput di stadion lapangan sepak bola amat mahal," katanya.
Andi Jauhari
IPB ANGKAT POTENSI LOKAL KERIPIK TALAS DRAMAGA
Jumat, 13 Agustus 2010 13:14 WIB