Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan mempersiapkan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah untuk SD, SMP dan SMA atau sederajat pada tahun ajaran 2021-2022 mulai Juli 2021.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Hanafi di Kota Bogor, Jumat, mengatakan Dinas Pendidikan Kota Bogor mempersiapkan sekolah di Kota Bogor mulai dari SD hingga SMA atau sederajat, merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, yakni Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Berdasarkan SKB Empat Menteri tersebut, Pemerintah Pusat menjadwalkan PTM untuk SD, SMP dan SMA, mulai Juli mendatang," katanya.
Menurut Hanafi, persiapan PTM yang disiapkan Pemerintah Kota Bogor, sesuai amanah SKB Empat Menteri, hanya kegiatan belajar mengajar saja, tidak ada kegiatan ekstrakulikuler dan tidak ada kantin di sekolah. "Murid yang belajar di sekolah harus membawa bekal dari rumah," katanya.
Dinas Pendidikan Kota Bogor, kata dia, juga mempersiapkan langkah teknis yakni membentuk Satgas COVID-19 Pelajar.
"Beberapa sekolah sudah mempersiapkan sarana dan prasarananya, mulai dari tempat mencuci tangan, desinfektan, dan alat pengukur suhu tubuh. Nanti akan diuji coba, sebelum digunakan," katanya.
Khusus SD, kata dia, situasinya lebih pelik lagi, karena jumlah SD di Kota Bogor sangat banyak, yakni sekitar 300 SD. "Jumlah siswanya juga sangat banyak. Kami mengkhawatirkan penerapan protokol kesehatannya, terutama menjaga jarak sesama siswa," katanya.
Menurut dia, Dinas Pendidikan akan mempersiapkan dengan matang sebelum membuka sekolah untuk PTM. "Sedangkan, TK dan PAUD masih dievaluasi, karena risikonya lebih besar," katanya.
Hanafi menegaskan sebelum memutuskan membuka sekolah untuk PTM, Dinas Pendidikan akan meminta persetujuan orang tua siswa melalui polling, apakah orang tua setuju atau tidak.
Dinas Pendidkan merencanakan beberapa alternatif untuk pembelajaran tatap muka di sekolah. Pertama, 30 persen siswa belajar dari sekolah dan 70 persen dari rumah. Konsepnya dari 100 persen siswa akan dibagi menjadi tiga kelompok dan digilir siswa yang belajar dari sekolah," katanya.
Kedua, untuk siswa SMP dan SMA, belajar dari sekolah secara bergiliran, misalnya Senin-Kamis kelas 9, Selasa Jumat kelas 8, serta Rabu Sabtu kelas 7. "Konsep ini masih agak repot," katanya.
Ketiga, siswa masih ke sekolah 50 persen dan belajar dari rumah 50 persen, dan pertukarannya dilakukan setiap pekan. "Konsep ini dinilai lebih efektif," katanya.
Baca juga: Pasien COVID-19 yang dirawat di RS rujukan Kota Bogor berkurang
Baca juga: Vaksinasi intensif guru di Kota Bogor untuk persiapan PTM