Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan relatif stabil, didorong melemahnya imbal hasil surat utang atau obligasi Amerika Serikat (AS).
Rupiah ditutup menguat tipis satu poin ke posisi Rp14.407 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.408.
- "Naiknya indeks dolar dan melemahnya yield US treasury mendorong stabilnya rupiah," kata Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Selain itu, lanjut Ahmad, melemahnya harga minyak dunia seiring kekhawatiran kembali lockdown-nya Jerman, membantu stabilnya rupiah hari ini.
Indeks dolar menguat ke level 91,97 hari ini di tengah kekhawatiran kembali diberlakukannya lockdown di Jerman, yang menekan mata uang euro terhadap dolar AS. Kasus harian COVID-19 kembali melonjak di Eropa di tengah keterbatasan vaksin.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke level 1,68 persen. Imbal hasil obligasi AS yang overshoot minggu lalu kemungkinan akan mereda minggu ini di tengah kemungkinan stabilnya data Personal Consumption Expenditure (PCE) AS pada Februari yang diperkirakan akan sejalan dengan konsensus pasar sebesar 1,7 persen (yoy).
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.435 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.407 per dolar AS hingga Rp14.448 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menunjukkan rupiah menguat Rp14.456 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.476 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah awal pekan melemah dibayangi imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Kurs rupiah Senin pagi melemah 31 poin
Baca juga: Kurs rupiah menguat tipis dibayangi masih tingginya imbal hasil obligasi AS