New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), ditopang dolar yang lebih lemah dan ekspektasi bahwa kelebihan minyak mentah akan berumur pendek karena penurunan tajam dalam stok bahan bakar AS dan dimulainya kembali operasi oleh penyuling-penyuling Texas.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat 1,73 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi ditutup pada 69,63 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April mengakhiri sesi 1,58 dolar AS atau 2,5 persen lebih tinggi, menjadi 66,02 dolar AS per barel.
"Harga-harga minyak telah pulih kembali ke atas tertinggi kemarin dengan bantuan besar dari dolar yang lemah/kombinasi ekuitas yang kuat," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
"Kami merasa bahwa kompleks energi dapat tetap macet hingga minggu depan dengan WTI dibatasi kurang lebih oleh parameter sekitar 63 dolar AS hingga 68 dolar AS sebelum kenaikan diperbarui."
Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun pada Kamis (11/3/2021) saat kekhawatiran tentang kenaikan inflasi yang kuat mereda dan fokus beralih ke lelang surat utang pemerintah 30 tahun. Dolar jatuh untuk hari ketiga berturut-turut dan berada pada level terendah dalam seminggu terhadap sekeranjang mata uang.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,41 persen menjadi 91,4316 pada akhir perdagangan Kamis (11/3/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Sementara itu, warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu lebih sedikit dari perkiraan, karena lingkungan kesehatan masyarakat yang membaik memungkinkan lebih banyak segmen ekonomi untuk dibuka kembali.
Penarikan besar-besaran pada stok bensin AS juga telah membantu meningkatkan harga minyak, kata Tamas Varga, analis senior di PVM Oil Associates.
“(Ini) menyiratkan bahwa asupan minyak mentah ke kilang-kilang akan terus bertambah, membalikkan tumpukan stok baru-baru ini yang kami lihat dalam tiga minggu terakhir karena Badai Musim Dingin Uri.”
Stok bensin AS turun 11,9 juta barel dalam sepekan yang berakhir 5 Maret menjadi 231,6 juta barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA), dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 3,5 juta barel.
Namun, persediaan minyak mentah naik 13,8 juta barel dalam sepekan hingga 5 Maret menjadi 498,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 816.000 barel, karena industri minyak negara terus merasakan dampak dari badai musim dingin pada pertengahan Februari yang menghentikan penyulingan dan memaksa produksi ditutup di Texas.
Namun, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan dalam laporan bulanannya, permintaan akan naik 5,89 juta barel per hari (bph) pada 2021, atau 6,5 persen, naik sedikit dari bulan lalu. Tetapi kelompok itu memangkas perkiraannya untuk paruh pertama tahun ini.
Secara global, stok juga tetap cukup dengan minyak mentah di penyimpanan di pusat darat dan laut utama meningkat minggu lalu, menurut analis dan pelacak kapal.
Saat langkah penyuntikan meningkat, beberapa negara bagian seperti North Carolina dan California telah bergerak untuk melonggarkan pembatasan COVID-19.
Baca juga: Harga minyak naik ditopang prospek ekonomi global, anjloknya stok bensin AS
Baca juga: Minyak terpuruk jelang laporan persediaan AS, Brent jadi 67,52 dolar AS
Baca juga: Harga minyak turun, abaikan serangan ke Saudi setelah naik di atas 70 dolar