Bandung (ANTARA) -
Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Kota Bandung Eric M Attauriq mengatakan ada dua isu yakni persoalan daya beli masyarakat dan ketahanan pangan yang akan diprioritaskan guna mengoptimalkan program pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Menurutnya dua isu tersebut mendapat perhatian khusus setelah pihaknya menginventarisir program dan pemetaan perekonomian selama dua bulan terakhir.
"Kita sudah menginventarisir program-program dari masing-masing pokja yang ada. Harapannya di bulan Maret beberapa pokja sudah mulai aktivitas kegiatan dalam rangka pemulihan ekonomi," kata Eric di Balai Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Soal ketahanan pangan ini, menurutnya harus bisa dipastikan tetap terpenuhi. Apalagi mengingat populasi Kota Bandung yang perlahan terus bergerak dari 2,4 juta jiwa yang hanya terdata di administrasi kependudukan.
“Salah satu isu adalah soal ketahanan pangan. Kedua, daya beli. Ini yang menjadi isu konsen kita, bagaimana jalur distribusi dan pasokan pangan berjalan lancar. Juga tidak kalah penting soal daya beli,” kata dia.
Pasalnya, kata dia, satu tahun pandemi COVID-19 di Indonesia memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian di Kota Bandung. Hal itu pun menurutnya berdampak hingga pendapatan perkapita masyarakat di Kota Bandung menurun.
Selain itu, menurutnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Bandung pun mengalami sedikit penurunan. Berdasarkan data Bappelitbang, dia mengatakan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung pada triwulan keempat yakni minus 2,28 persen.
Penurunan sejumlah indikator itu, kata dia, antara lain disebabkan oleh melemahnya jasa usaha dan pariwisata Kota Bandung yang diandalkan sebagai sektor unggulan. Karena selama pandemi, jumlah wisatawan ke Kota Bandung menurun drastis.
"Dari penutupan bandara, kunjungan menurun drastis hampir minus 76 persen dibanding tahun 2019. Efeknya terhadap sektor jasa cukup dominan,” katanya.