New York (ANTARA) - Harga minyak turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), terseret penguatan dolar AS dan perkiraan kenaikan pasokan minyak mentah sebagai respons terhadap kenaikan harga di atas level pra-pandemi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Apri ditutup 2,03 dolar AS atau 3,2 persen lebih rendah, menjadi 61,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April, yang berakhir pada Jumat (26/2/2021), turun 75 sen di sesi, atau 1,1 persen, menjadi menetap di 66,13 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementaran kontrak Brent untuk pengiriman Mei yang lebih aktif diperdagangkan turun 1,69 dolar AS menjadi 64,42 dolar AS per barel.
Dolar menguat saat imbal hasil obligasi pemerintah AS bertahan di dekat level tertinggi satu tahun, membuat minyak yang dihargakan dalam greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Namun untuk minggu ini, Brent melonjak 4,8 persen dan WTI terangkat 3,8 persen, dan keduanya melambung sekitar 20 persen pada bulan ini, dipicu gangguan pasokan di Amerika Serikat dan optimisme atas pemulihan permintaan ketika program vaksinasi COVID-19 mulai diluncurkan di banyak negara.
Dolar AS menguat secara luas terhadap rival utamanya. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, melonjak 0,82 persen menjadi 90,8690 pada akhir perdagangan Jumat (26/2/2021). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
"Ini adalah waktu yang tidak pasti - sepertinya bukan waktu untuk memuat posisi aset-aset berisiko," kata Bob Yawger, direktur Energy Futures di Mizuho di New York, waspada terhadap potensi peningkatan produkis dari OPEC dan sekutunya di pertemuan minggu depan.
Juga, laporan persediaan AS minggu ini menunjukkan peningkatan stok minyak yang mengejutkan.
Pelaku pasar juga menunggu pertemuan penting oleh produsen-produsen minyak utama. Investor bertaruh bahwa pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu depan dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan menghasilkan lebih banyak pasokan yang kembali ke pasar.
Produksi minyak mentah AS turun pada Desember, bulan terakhir yang datanya tersedia, menurut laporan bulanan dari Badan Information Energi AS (EIA).
Meskipun ada pembicaraan tentang pengetatan-pengetatan fundamental, sisi permintaan pasar tidak menjamin tingkat harga minyak saat ini, kata beberapa analis.
Harga minyak mentah AS juga menghadapi tekanan dari permintaan kilang yang lebih lambat setelah beberapa fasilitas Gulf Coast ditutup selama badai musim dingin pekan lalu.
Kapasitas penyulingan sekitar 4,0 juta barel per hari (bph) tetap ditutup dan dapat memakan waktu hingga 5 Maret untuk semua kapasitas melanjutkan operasinya, meskipun ada risiko penundaan, analis di J.P. Morgan mengatakan dalam sebuah catatan minggu ini.
Para hedge fund dan pengelola uang lainnya menaikkan posisi net long berjangka dan opsi minyak mentah AS mereka dalam minggu terakhir hingga 23 Februari, kata Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).
Baca juga: Harga minyak naik setelah produksi AS turun, Brent bertengger di 67 dolar
Baca juga: Harga minyak ditutup beragam, Brent menguat jadi 65,37 dolar per barel
Baca juga: Harga minyak melonjak saat produksi lambat pulih, WTI balik di atas 60 dolar