Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan batik bukan sekadar kain bermotif dan bukan hanya hasil karya ketekunan.
"Di dalamnya terkandung filosofis kehidupan rakyat Indonesia, mulai dari lahir hingga kembali ke hadirat Tuhan. Mulai dari pengaruh alam hingga pengaruh zaman," ujar Nadiem dalam acara pembentang kain batik sepanjang 74 meter di halaman Museum Nasional, Jakarta, Jumat.
Nadiem menjelaskan batik diturunkan dari satu generasi ke generasi melalui pemaknaan simbol, warna dan corak kehidupan. Warisan itu menuangkan spiritualitas dan kreativitas masyarakat Indonesia yang tidak lekang oleh zaman," ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa sudah sepatutnya masyarakat Indonesia menjaga warisan budaya bangsa itu. Pada 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan non benda.
"Keberhasilan 11 tahun yang lalu merupakan upaya bersama dalam pelestarian dan diplomasi budaya. Ini berhasil dan UNSECO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya. Ini adalah suatu yang luar biasa, warisan milik bersama adalah katalis kemanusiaan," kat dia.
Kemanusiaan selalu menjadi hal yang utama dalam pembangunan. Nadiem menambahkan bahwa pembangunan sumber daya manusia perlu dilakukan dengan pendekatan pemajuan budaya yang sifatnya tidak hanya melestarikan budaya tradisi, tetap juga menghidupkan antar budaya dan memperkaya keragaman.
"Tujuan kita jelas, pemajuan kebudayaan menyejahterakan, mencerdaskan, dan mendamaikan," kata dia lagi.
Ketua Dewan Pembinan Yayasan Tjantik Batik Nusantara (TBN), Pheo Hutabarat, mengatakan kain batik tersebut diberi nama Batik Garuda Nusantara.
Pemberian nama tersebut dilakukan oleh Joko Widodo dan di kain tersebut juga terdapat tanda tangan Presiden.
Pembuatan kain batik tersebut melibatkan sejumlah perajin batik di sejumlah sentra batik.
Baca juga: Presiden tetap rayakan Hari Batik Nasional di tengah pandemi corona
Baca juga: Batik Pagi-Sore disebut sebagai bagian dari "sustainable fashion"