Jakarta (ANTARA) - Dekan Sekolah Vokasi IPB University Dr Arief Daryanto mengatakan sektor UMKM memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia namun UMKM harus memiliki daya saing yang kuat untuk memastikan kesiapan menghadapi gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan akibat disrupsi pada berbagai sektor.
Arief dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan pendidikan tinggi vokasi memiliki fungsi untuk mentransformasikan UMKM agar tetap memiliki daya saing dan mengikuti perkembangan zaman melalui vitalitas inovasi.
"Daya saing yang terus dipelihara terutama di masa COVID-19 ini perlu pendampingan, sehingga pelaku UMKM bisa terus bertahan. Sehingga di era normal baru (new normal) mereka bisa memiliki daya tahan yang tinggi termasuk dengan terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas,” jelas Arief yang merupakan salah satu narasumber dalam pelatihan pengembangan kualitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pelatihan bertema "Membangun Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan UMKM, Jalan Strategis Membangun Ekonomi Nasional" yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) ini membahas mengenai seluk beluk inkubasi bisnis dan pengembangan sektor UMKM berbasis pendidikan vokasi.
Hadir narasumber yang berasal dari Mitras Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) Kemendikbud, perwakilan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Wakil Kepala Divisi Mikro Banking BRISyariah, Mohammad Isnaeni, tokoh entrepreneur sekaligus pengusaha Sandiaga Salahuddin Uno, Dekan Sekolah Vokasi IPB University dan pemilik PT Baba Rafi Indonesia Nilam Sari. Narasumber yang hadir memberikan materi terkait wawasan, pengetahuan pengembangan bisnis, hingga pendidikan vokasi kepada para usahawan.
Menurut Direktur Mitras DUDI Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ahmad Saufi, menerangkan selama ini pelaku UMKM kerap diselipi oleh permasalahan-permasalahan dasar. Sehingga, kelas luring ini diharapkan bisa memberikan ruang bagi sektor UMKM untuk menjalin kemitraan dengan pendidikan vokasi. Dasar permasalahan inilah yang mendorong pemerintah membangun kemitraan anatara pelaku UMKM dan pendidikan tinggi vokasi lewat inkubator bisnis.
"Selama ini, banyak sekali permasalahan di usaha mikro, misalnya permasalahan terkait inventarisasi. Maka kita cari solusinya melalui pelatihan ini. Permasalahan inilah yang harus kami dengar,” ujar Saufi.
Ia menambahkan, solusi yang ditawarkan Mitras DUDI dalam menghadapi tantangan tersebut diantaranya dengan menyediakan 2.200 lebih politeknik dan sekolah-sekolah vokasi di bawah pembinaan Ditjen Pendidikan Vokasi bagi UMKM, pengembangan, inovasi bisnis UMKM hingga efisiensi model bisnis melalui peran teknologi juga ditawarkan dalam ruang sarana pendidikan vokasi tersebut.
Untuk memberikan solusi atas akses pendanaan yang terbatas, Mitras DUDI Kemendikbud juga memfasilitasi pelaku UMKM dengan menghadirkan pembicara dari salah satu Bank yang menjalankan kegiatan usaha berbasis syariah, yakni BRI Syariah.
Selain itu para praktisi usaha yang dihadirkan seperti Sandiaga Uno dan Nilam Sari, ini memberikan peluag bagi pelaku UMKM yang membutuhkan jawaban atas permasalahan yang dimilikinya selama ini.
Rangkaian program pembinaan dan pendampingan yang intensif atau disebut inkubator bisnis ini, diharapkan dapat memperkuat bisnis pelaku UMKM yang setiap tahunnya berperan besar pada perekonomian nasional.
Baca juga: Dosen IPB usulkan tata ruang berbasis mitigasi bencana
Baca juga: Rektor: Genus IPB ajang pertunjukan kebudayaan daerah
Baca juga: Alumni IPB: Tingkatkan ketahanan tubuh dan kepedulian di masa pandemi corona
Dekan Sekolah Vokasi IPB dorong transformasi UMKM
Selasa, 29 September 2020 12:11 WIB