Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore terkoreksi meski neraca perdagangan Juni 2020 surplus.
Rupiah ditutup melemah 138 poin atau 0,95 persen menjadi Rp14.588 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.450 per dolar AS.
"Dengan membaiknya data internal belum bisa membawa mata uang garuda di zona hijau, bahkan tersungkur begitu dalam akibat data eksternal yang kurang bersahabat," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional periode Juni 2020 menunjukkan surplus 1,27 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 12,03 milar dolar AS dan nilai impor 10,76 miliar dolar AS.
Dari eksternal, ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas setelah Inggris dilaporkan siap bergabung dengan Amerika Serikat dan Jepang di Indo-Pasifik untuk melawan China.
Pasar juga cemas seputar kenaikan tensi AS-China dalam kasus Hong Kong. Presiden AS Donald Trump mengatakan telah meneken aturan untuk mengenakan sanksi terhadap China atas campur-tangannya di Hong Kong.
Kasus baru di beberapa negara bagian AS yang menjadi titik baru penyebaran, tercatat meningkat terutama di Texas, California dan Florida, sehingga beberapa pemerintah daerah mengkaji ulang rencana pembukaan kembali perekonomian.
Rupiah pada pagi hari dibuka stagnan di posisi Rp14.450 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.450 per dolar AShingga Rp14.597 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.616 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.512 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah berpeluang menguat seiring perkembangan positif vaksin Corona
Baca juga: Kurs rupiah melemah terpengaruh memanasnya hubungan AS-China
Kurs rupiah terkoreksi meski neraca dagang surplus
Rabu, 15 Juli 2020 16:48 WIB