Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus positif Virus Corona baru atau COVID-19
Pada pukul 09.36 WIB rupiah masih menguat 68 poin atau 0,47 persen menjadi Rp14.357 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.425 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah mungkin mendapatkan tekanan hari ini setelah indeks saham AS semalam terkoreksi dan pagi ini sebagian indeks saham Asia melemah.
"Pelemahan dipicu kekhawatiran pasar terhadap meningginya kasus COVID-19 secara global dan masih memanasnya ketegangan hubungan antara AS dan China," ujar Ariston.
Negara bagian California, Amerika Serikat, melakukan lockdown kembali karena naiknya angka penularan COVID-19. Lockdown tersebut dinilai bisa mengganggu pemulihan ekonomi AS.
Sementara itu soal hubungan AS-China, kali ini AS mempermasalahkan klaim kepemilikan China terhadap sumber daya di Laut China Selatan.
"Di sisi lain, pasar juga masih mempertimbangkan potensi pemulihan ekonomi global di tengah pandemi yang bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko termasuk rupiah," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah berpotensi tertekan ke arah Rp14.550 per dolar AS, dengan level support di kisaran Rp14.350 per dolar AS.
Pada Senin (12/7) lalu, rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.425 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.435 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 70 poin menjadi Rp14.355 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah menguat tipis meski dibayangi lonjakan kasus COVID-19
Kurs rupiah berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19
Selasa, 14 Juli 2020 9:58 WIB