Jakarta (ANTARA) - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan masih ada sejumlah pihak yang tidak percaya dengan pandemi COVID-19 dan menganggapnya sebagai konspirasi.
"Masih ada sejumlah pihak yang menganggap COVID-19 ini konspirasi, COVID-19 ini rekayasa. Padahal kita semua sudah tahu bahwa korban jiwa di tanah air sudah melampaui angka 3.500, bahkan di dunia sudah melampaui angka 550 ribu jiwa, jadi ini nyata, ini fakta," kata Doni di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.
Doni menyampaikan hal tersebut seusai mengikuti rapat terbatas dengan topik "Percepatan Penanganan Dampak Pandemi Covid-19" yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.
Pada rapat tersebut, Presiden Jokowi menyoroti meningkatnya kasus positif di Indonesia dengan total kasus 75.699.
"Oleh karenanya semua pihak harus betul-betul memahami ini, menyampaikan pesan-pesan bahwa COVID-19 ini, mohon maaf ibaratnya adalah malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang rentan," tambah Doni.
Untuk menekan penambahan kasus positif tersebut, menurut Doni, Presiden Jokowi meminta ada sosialisasi yang efektif, masif dan melibatkan seluruh komponen dengan kearifan lokal.
"Para antropolog, sosiolog termasuk psikolog, tokoh-tokoh masyarakat khususnya para ulama ini juga menjadi penekanan bapak Wakil Presiden untuk melibatkan para ulama di seluruh daerah agar seluruh program sosialisasi ini bisa betul-betul dipahami dengan baik," ungkap Doni.
Senada dengan Doni, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan edukasi yang lebih intensif dengan menggunakan bahasa dan simbol-simbol lokal diminta untuk segera dilakukan.
"Agar mudah ditangkap dan dipahami masyarakat karena itu keterlibatan para ilmuwan terutama ilmuwan sosial seperti antropolog dan sosiolog dan pakar kependudukan juga perguruan tinggi harus terlibat, termasuk pemuka agama agar sosialisasi pesan-pesan tentang penanggulangan COVID-19 betul-betul bisa diterima," kata Muhadjir.
Terkait dengan rendahnya kedisiplinan masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan, Presiden Jokowi menurut Muhadjir memberi arahan akan mempertegas sanksi bagi mereka yang melanggar protokol kesehatan.
"Sedangkan bagaimana 'legal standingnya' masih akan dibahas lebih lanjut oleh kementerian/lembaga terkait.
Baca juga: Muhamamdiyah: pandemi COVID-19 bukan hasil konspirasi
Intinya Presiden melihat himbauan sosialisasi, dipandang belum cukup tanpa ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran terutama yang melanggar protokol kesehatan.
"Mohon masyarakat memahami bahwa apa yang disampaikan Presiden menandakan bahwa betapa sangat tingginya risiko yang masih dihadapi Indonesia terhadap COVID-19," jelas Muhadjir.
Hingga Minggu (12/7) jumlah terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia mencapai 75.699 orang dengan 35.638 orang dinyatakan sembuh dan 3.606 orang meninggal dunia. Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 13.882 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 38.705 orang dengan total spesimen yang diuji sudah sebanyak 1.061.367.
Baca juga: Presiden: Penanganan COVID-19 untuk 8 provinsi diprioritaskan termasuk Jawa Barat
Kasus positif COVID-19 ini sudah menyebar di seluruh 34 provinsi di Indonesia dengan daerah terbanyak positif yaitu Jawa Timur (16.658), DKI Jakarta (14.517), Sulawesi Selatan (6.973), Jawa Tengah (5.473), Jawa Barat (5.077), Kalimantan Selatan (4.146), Sumatera Selatan (2.653), Sumatera Utara (2.323), Papua (2.267), Bali (2.195), Sulawesi Utara (1.660), Banten (1.593), Nusa Tenggara Barat (1.550), Kalimantan Tengah (1.196).
Berdasarkan data dari situs Worldometers, hingga Senin (13/7) pagi terkonfirmasi di dunia ada 13.035.942 orang yang terinfeksi virus corona dengan 571.571 kematian sedangkan sudah ada 7.582.035 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di Amerika Serikat mencapai 3.413.995 kasus, di Brazil 1.866.176, di India 879.466 kasus, di Rusia 727.162 kasus, di Peru 326.326 kasus, di Cili 315.041, di Spanyol 300.988 kasus, di Meksiko 299.750 kasus, di Inggris 289.603 kasus dan di Afrika Selatan 276.242 kasus.
Jumlah kematian tertinggi bahkan saat ini terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 137.782 orang, disusul Brazil yaitu sebanyak 72.151 orang, selanjutnya di Inggris sebanyak 44.819 orang, di Meksiko 35.006 orang, di Italia sebanyak 34.954 orang, di Prancis sebanyak 30.004 orang, di Spanyol sebanyak 28.403 orang, di India sebanyak 23.187 orang.
Saat ini sudah ada lebih dari 215 negara dan teritori yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19.
Baca juga: Muhammadiyah: Keputusan tepat pembatalan pemberangkatan jamaah haji
Baca juga: Presiden Jokowi instruksikan kampanye masif protokol pencegahan COVID-19