Bogor (ANTARA) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meluncurkan Program Deteksi Aktif (Detektif) COVID-19 guna mengantisipasi dan menekan laju penyebaran virus corona di Kota Bogor, menyusul adanya tren peningkatan kasus positif dalam dua pekan terakhir.
Bima Arya memimpin peluncuran program itu di Balai Kota Bogor, Selasa, yang dihadiri antara lain oleh Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Irwan Riyanto, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Kepala Dinas Kominfo Rahmat Hidayat, serta Kepala Bagian Pemerintahan Adi Novan.
Peluncuran program tersebut juga diikuti oleh para camat dan lurah dari seluruh wilayah Kota Bogor secara virtual melalui konferensi video.
Bima Arya sebelumnya menjelaskan Pemerintah Kota Bogor membentuk tim Detektif COVID-19 guna mengantisipasi dan menekan laju penyebaran COVID-19 di Kota Bogor, yang trennya meningkat lagi sejak 10 Juni 2020.
Dalam dua pekan terakhir, ada tambahan 52 kasus baru positif COVID-19 di Kota Bogor, karena itu seluruh warga Kota Bogor agar tetap mewaspadai penyebaran COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dengan benar.
Menurut Bima Arya, guna mengantisipasi dan menekan laju penyebaran COVID-19, Pemerintah Kota Bogor melakukan tiga langkah yakni, penguatan mitigasi infeksi, pelaksanaan tes cepat dan tes usap lebih masif, serta sosialisasi penerapan protokol kesehatan secara berkesinambungan kepada warga.
Pada penguatan mitigasi infeksi, Pemerintah Kota Bogor membangun tim Detektif COVID-19 yang di dalamnya ada dua unit yakni unit pelacakan dan unit pemantauan, yang sebelumnya dikenal dengan nama surveilance. "Kami melakukan penguatan pelacakan dan pemantauan dengan merekrut tenaga relawan," katanya.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Kota Bogor hari Selasa stagnan
Bima menjelaskan unit pelacakan di tim Detektif COVID-19 adalah melacak orang-orang yang teridentifikasi positif corona. "Dari pelacakan terhadap kasus positif, mereka harus menentukan ODP (orang dalam pemantauan) semaksimal mungkin dan seakurat mungkin," katanya.
Unit pelacakan tersebut, personelnya adalah dari tim di kecamatan, kelurahan, yakni Babinsa, Babinkamtibmas, serta perwakilan puskesmas setempat.
Kemudian, unit pemantau, tugasnya adalah memastikan agar orang-orang yang ODP tetap dipantau dan tidak pergi ke mana-mana selama 14 hari. "Unit pemantau akan diperkuat sebanyak 822 orang di seluruh Kota Bogor, sehingga akan dilakukan rekrutmen untuk menguatkan tim di puskesmas," katanya.
Bima menambahkan langkah berikutnya adalah melakukan tes rapid dan tes swab secara masif hingga mencapai standar yang ditetapkan WHO.
Baca juga: Bogor siapkan pelatihan protokol pemotongan hewan kurban saat pandemi corona