Bandung (ANTARA) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Jafar Ismail menyatakan serapan produksi nelayan di Jawa Barat mengalami keterbatasan karena hasil tangkapan ikan sulit tembus pasar ekspor akibat pandemi COVID-19.
"Saat ini produksi ikan baik di kawasan Pantai Selatan maupun Pantai Utara Jabar hanya dimaksimalkan untuk serapan lokal. Jadi serapan produksi terbatas karena ikan itu tidak bisa ekspor, jadi serapannya hanya untuk lokal," ujar Jafar Ismail di Bandung, Minggu.
Dia mengatakan tidak hanya itu, produksi ikan di Jabar pun menurun hingga 50 persen dan para nelayan memiliki permasalahan mengenai biaya operasional yang cenderung tinggi lantaran berkaitan dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tidak turun.
"Nelayan tetap memaksakan melaut karena memang tidak ada lagi penghasilan," katanya.
Baca juga: Nelayan Garut kesulitan jual ikan ke pasar tradisional
Sementara untuk harga jual ikan turun drastis hingga 50 persen mengingat mengingat kurangnya permintaan di konsumen dan hal ini dipengaruhi juga oleh tutupnya sejumlah destinasi wisata, khususnya di kawasan pantai.
"Sektor pariwisata dalam negeri juga sekarang tidak ada. Seperti Pangandaran kemarin tutup," katanya.
Pihaknya mencatat hasil tangkapan ikan nelayan di Pantai Utara Selatan yang biasanya 500 ton hingga 700 ton per hari kini mengalami penurunan hingga 30-40 persen atau rata-rata hanya 649 ton per hari.
Menurut dia, penurunan ini terjadi karana ada juga nelayan yang tidak melaut karena terdampak pandemi COVID-19 dan sedang masa cuaca terang bulan.
"Namun yang di Indramayu, Bondet (Cirebon) masih beraktivitas seperti biasa. Meskipun harga ikan turun ada yang 15 persen sampai 17 persen," katanya.
Baca juga: Ikan air tawar lokal organik dikembangkan peternak Garut
Selain itu, lanjut dia, nelayan di Pasir Putih, Kabupaten Karawang tetap melaut mengingat saat ini sedang masuk musim panen rajungan. "Nelayan itu tergantung musim, jadi terus dikejar karena takutnya musimnya hilang. Musim rajungan itu sampai Juni atau Juli ini," katanya.
Sedangkan untuk Pantai Selatan, kata dia, saat ini hanya dapat memproduksi ikan sebanyak 5,4 ton per hari di mana, biasanya produksi ikan dapat mencapai 6,3 ton per hari.
Ia mengatakan hal ini pun karena terdapat nelayan yang berhenti melaut semenjak adanya pandemi COVID-19.
"Tapi ini banyak juga yang tidak melaut, tetapi nelayan Batu Karas dan Cisolok masih beraktivitas seperti biasa walaupun harga Ikan turun sekitar 30-40 persen. Tapi ada juga yang normal kondisinya seperti kerapu dan tenggiri di Batu Karas," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan di sisi lain, untuk permintaan komoditas ikan hasil budidaya, saat ini cenderung rendah, hanya saja terdapat peningkatan untuk serapan komoditas udang dari dari sejumlah daerah penghasil udang di Jabar khususnya untuk mengisi pasar ekpor.
Lebih lanjut, dewasa ini cukup banyak masyarakat yang melakukan budidaya ikan skala rumah tangga, seperti melalui Budikdamber atau budidaya ikan dalam ember di mana dapat dipadukan dengan komoditas sayuran. "Hal tersebut lebih kepada ketahanan pangan pribadi. Karena kalau untuk dijual itu jelas sedikit. Jadi tanggung," katanya.
Baca juga: KKP diharapkan angkat potensi pesantren budidayakan ikan
Kadis: Produksi nelayan Jabar sulit tembus ekspor akibat pandemi COVID-19
Minggu, 7 Juni 2020 21:16 WIB