Bali (ANTARA) - Wakil Presiden, Ma’ruf Amin, menargerkan angka prevalensi anak dengan pertumbuhan kerdil alias stunting di Indonesia dapat turun hingga tujuh persen untuk mencapai 20 persen atau setara dengan ambang batas yang ditetapkan WHO.
“Kita ingin yang sekarang 27 persen itu, kita turunkan menjadi 20 persen, sesuai dengan standar internasional. Jadi kita harus menurunkan tujuh persen,” kata dia, usai meninjau layanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Desa Pecatu Bali, Kamis.
Baca juga: Tiga aplikasi pendukung penanganan stunting yang diluncurkan pemerintah
Menurut dia, upaya-upaya yang dilakukan selama ini sudah cukup efektif untuk menurunkan angka anak kerdil di Indonesia, meskipun belum mencapai target ambang batas WHO.
Untuk itu, dia mengatakan program pencegahan anak dengan pertumbuhan kerdil akan terus dilakukan sambil mencari inovasi baru, serta meningkatkan upaya pencegahan.
“Jadi bagaimana menangani stunting mulai dari remajanya, pranikah sampai nikah, waktu hamil; bahkan ketika diketahui stunting, masa usia awal, itu sudah dilakukan intervensi untuk menurunkan stunting, kalau bisa stunting-nya dieliminasi,” katanya.
Ia juga mengapresiasi upaya pemerintah Provinsi Bali dalam menurunkan angka anak dengan pertumbuhan kerdil hingga mencapai 16 persen. Upaya pemerintah Provinsi Bali tersebut akan diterapkan, khususnya daerah dengan angka anak kerdil tinggi, sehingga jumlah anak kerdil di Indonesia semakin berkurang.
Usai melakukan peninjauan di Puskesmas Desa Pecatu, dia bersama rombongan kembali ke Jakarta untuk melanjutkan agenda rapat terbatas di Kantor Presiden.
Baca juga: Bupati Indramayu: Olahan ikan bisa penuhi gizi dan cegah kekerdilan
Baca juga: Bandung ajak siswa sekolah gemar minum susu cegah stunting