Semarang (ANTARA) - Akademisi dari UGM Doktor Pratama Persadha mengatakan keberadaan Palapa Ring Timur atau Tol Langit bisa mempercepat target 3.500 start-up di Tanah Air sebelum 2024.
"Sangat bisa, apalagi dengan jangkauan Palapa Ring Timur," kata Dosen Etnografi Dunia Maya pada Program Studi S-2 Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr Pratama Persadha menjawab pertanyaan ANTARA di Semarang, Jawa Tengah Jumat pagi.
Pratama yang dikenal sebagai pakar keamanan siber ini mengemukakan hal itu terkait dengan pernyataan KH Ma'ruf Amin dalam debat antarcalon wakil presiden di Jakarta, Minggu (17/3) malam. Pada kesempatan itu, pasangan dari Joko Widodo itu menyampaikan target 3.500 startup (perusahaan rintisan) hingga 2024.
Bahkan, dikemukakan pula, jika memenangi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 17 April 2019, pihaknya akan mendorong unicorn menjadi decacorn (startup dengan nilai valuasi di atas 10 miliar dolar AS atau setara Rp140 triliun).
Apalagi, lanjut Pratama, Tol Langit menjangkau 51 kabupaten/kota yang melalui empat provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat, terdiri atas 35 kabupaten/kota layanan dan 16 kabupaten/kota interkoneksi.
Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) mengemukakan bahwa infrastruktur backbone yang ada di Palapa Ring Timur terdiri atas kabel serat optik darat, kabel serat optik bawah laut, dan radio microwave.
Di sisi lain, kata dia, Palapa Ring Timur memiliki infrastruktur jaringan sepanjang 6.878 kilometer serat optik darat dan bawah laut, serta segmen jaringan radio microwave sebanyak 49 hop.
Secara total, proyek Palapa Ring menghubungkan 90 kabupaten/kota yang terdiri atas 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi melalui jaringan kabel serat optik sepanjang 12.148 km yang terdiri atas kabel optik darat dan bawah laut serta juga segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop.
"Artinya, pertumbuhan startup tidak hanya akan banyak lahir di daerah barat saja. Apalagi, dengan jumlah pemakai internet yang tak sepadat di Indonesia barat, harusnya pertumbuhan startup dan pemakai internet di Indonesia timur bisa dengan cepat beradaptasi," katanya.
Ketika ditanya jumlah startup hingga 18 Oktober 2019, Pratama menyebutkan sekitar 2.100 startup yang sudah ada dan berkembang di Tanah Air. Namun, tidak semua benar-benar lancar berjalan karena ada hambatan, mulai dari pendanaan, sumber daya manusia, riset, hingga masalah teknologi.
Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas Direktur Pengamanan Sinyal Lemsaneg (sekarang BSSN) berharap pemerintah hadir membantu. Bila tidak, Indonesia bisa kehilangan startup bagus yang diincar asing.
"Misalnya, Koprol yang dibeli Yahoo, lalu dimatikan, atau sekadar diambil SDM-nya. Kisah tersebut jangan sampai terulang," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Menjawab langkah-langka yang harus ditempuh pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin agar mampu mencapai target 3.500 startup, Pratama mengatakan bahwa Pemerintah harus memberikan insentif pada pengembangan startup.
Adapun caranya bisa berbagai macam. Misalnya, keringanan pajak, bantuan pusat data atau server, matching antara pengembang dan kampus serta dunia usaha.
Menurut dia, paling penting adalah mencarikan modal untuk mengembangkan. Misalnya, sekarang mobil listrik sedang ramai, seharusnya startup yang mendukung pengembang mobil listrik bisa dibantu didorong.
"Sekarang pemerintah mau arah startup lokal kita ke mana? Sektor keamanan siber misalnya. Ada aplikasi pengamanan android dan PC yang free dan reliable digunakan oleh Pemerintah," kata Pratama Persadha.
Baca juga: Operasional Palapa Ring diresmikan Presiden dengan prasasti digital
Baca juga: Tarif layanan jaringan Palapa Ring
Tol Langit bisa percepat capaian target 3.500 "start-up", kata akademisi UGM
Jumat, 18 Oktober 2019 10:54 WIB