Bandung (ANTARA) - Pedagang di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu mengeluhkan volume penjualan yang anjlok bahkan tidak ada aktivitas perdagangan sejak sebulan lebih destinasi wisata tersebut ditutup pascaerupsi.
Koordinator Pedagang TWA Tangkuban Parahu, Ishakjeri mengatakan mayoritas pedagang tidak memiliki alternatif mata pencaharian lain selain berdagang di TWA Gunung Tangkuban Parahu.
"Karena kita biasa jualan di Tangkuban Parahu, kalau di tempat lain kan sudah ada pedagang juga. Jadi berdampak lumayan terhadap ekonomi," kata Ishak usai melakukan Shalat Hajat berjamaah di gerbang TWA Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu.
Selain itu, Ishak juga mengungkapkan setelah ditutupnya TWA Gunung Tangkuban Parahu hingga saat ini belum ada bantuan dan solusi untuk pedagang dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi.
Selain itu, hingga kini para pedagang, menurutnya, belum mendapat solusi maupun bantuan dari pemerintah daerah guna memperbaiki kondisi ekonomi mereka yang kian melumpuh.
"Belum yah (bantuan dari pemerintah), ini kan bencana juga namun bencana ekonomi," kata dia.
Seorang pedagang makanan, Rodiani mengaku dirinya bersama pedagang lainnya tidak memiliki pendapatan sama sekali sejak ditutupnya salah satu destinasi wisata Jawa Barat itu. Karena, kata dia, berdagang di area Kawah Ratu Tangkuban Parahu merupakan satu-satunya mata pencaharian yang ia jalani.
Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari pasca letusan gunung Legenda Sangkuriang tersebut, ia mengaku harus menggunakan uang tabungan bahkan menjual harta benda yang ia miliki.
"Tabungan juga sudah habis, yang dipakai juga segala dijual. Ga ada pekerjaan lain, sekarang kalau jualan dirumah kan semuanya juga kebanyakan jualan ke kawah," kata Rodiani.
Baca juga: Status Gunung Tangkuban Parahu masih Waspada, belum diturunkan