Bandung (Antaranews Jabar) - Muhammad Hablul Bary, mahasiswa Fakultas Teknologi Industri ITB, mengembangkan robot pengintai berbentuk kecoa untuk dimanfaatkan dalam keperluan militer.
"Kita kembangkan robot berbentuk kecoa untuk mata-mata yang bisa merekam dan menyadap," ujar Bary di Kampus ITB Bandung, Selasa.
Ia mengatakan pengembangan robot kecoa ditujukan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Intelejen Negara (BIN), maupun militer untuk tugas penyadapan.
Sebelum menentukan bentuk, terdapat beberapa opsi pengembangan robot apakah yang bisa terbang atau yang mengendap di tanah.
Namun karena dianggap banyak mengalami kendala, maka bentuk kecoalah yang dipilih.
Saat ini, robot kecoa masih dalam pengembangan tahap awal. Ia bersama timnya tengah melakukan percobaan di sisi perekaman serta kesempurnaan gerak.
"Kemarin kita tes kamera dan jalan bisa dua jam, jangkauannya masih lokal atau jangkauan wifi," kata dia.
Untuk satu pengembangan robot ia memerlukan biaya hingga Rp250 juta. Dana yang digunakan pun berasal dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.
Menurut dia, penciptaan robot kecoa kompleks, terutama di sisi kompomen yang digunakan. Saat ini, ia masih mengandalkan komponen luar negeri.
Pengembangan akan terus dilakukan bahkan akan bekerja sama dengan BIN untuk menciptakan robot pengintai yang sempurna.
Di sisi lain, katanya, perbaikan ukuran pun akan dilakukan karena saat ini bentuknya mencapai tiga kali dari kecoa sesungguhnya
"Baru kita coba akses kamera dan jalanin robot, bisa kita remote. Tujuan kita ditampilkan dalam beberapa platform, komputer, tab, android, dan sebagainya. Tapi yang kita hasilkan baru web di komputer," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Kita kembangkan robot berbentuk kecoa untuk mata-mata yang bisa merekam dan menyadap," ujar Bary di Kampus ITB Bandung, Selasa.
Ia mengatakan pengembangan robot kecoa ditujukan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Intelejen Negara (BIN), maupun militer untuk tugas penyadapan.
Sebelum menentukan bentuk, terdapat beberapa opsi pengembangan robot apakah yang bisa terbang atau yang mengendap di tanah.
Namun karena dianggap banyak mengalami kendala, maka bentuk kecoalah yang dipilih.
Saat ini, robot kecoa masih dalam pengembangan tahap awal. Ia bersama timnya tengah melakukan percobaan di sisi perekaman serta kesempurnaan gerak.
"Kemarin kita tes kamera dan jalan bisa dua jam, jangkauannya masih lokal atau jangkauan wifi," kata dia.
Untuk satu pengembangan robot ia memerlukan biaya hingga Rp250 juta. Dana yang digunakan pun berasal dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.
Menurut dia, penciptaan robot kecoa kompleks, terutama di sisi kompomen yang digunakan. Saat ini, ia masih mengandalkan komponen luar negeri.
Pengembangan akan terus dilakukan bahkan akan bekerja sama dengan BIN untuk menciptakan robot pengintai yang sempurna.
Di sisi lain, katanya, perbaikan ukuran pun akan dilakukan karena saat ini bentuknya mencapai tiga kali dari kecoa sesungguhnya
"Baru kita coba akses kamera dan jalanin robot, bisa kita remote. Tujuan kita ditampilkan dalam beberapa platform, komputer, tab, android, dan sebagainya. Tapi yang kita hasilkan baru web di komputer," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018