Cianjur (Antaranews Jabar)- Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi (Disnakertrans) Cianjur, Jawa Barat, mencatat minat warga Cianjur, untuk mengadu nasib di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) masih tinggi.
Kepala Disnakertrans Cianjur Dwi Ambar melalui Sekretaris dinas, Heri Suparjo di Cianjur, Kamis, mengatakan hingga pertengahan 2018, tercatat hampir 500 pemohon yang mengajukan rekomendasi berangkat ke luar negeri.
"Kami tidak bisa melarang orang untuk mencari pekerjaan sesuai dengan keinginannya termasuk bekerja ke luar negeri. Namun seleksi dan proses panjang kami lakukan agar mereka tidak asal berangkat," tambahnya.
Dia menjelaskan selama ini pihaknya berharap pengajuan rekomendasi tidak melebihi angka yang sudah ada karena dinas ingin pencari kerja lokal dapat memperoleh pekerjaan di daerah asalnya.
"Berbagai lapangan pekerjaan di tingkat lokal diadakan sebagai upaya menekan pengajuan rekomendasi kerja keluar negeri. Harapan kami anak muda yang baru lulus dapat memilih pekerjaan di kota asal Cianjur, terangnya.
Sejauh ini, tambah dia pencari kerja yang baru lulus sekolah memang sudah banyak yang mengajukan pembuatan kartu kuning. Setiap harinya 700 pencari kerja yang mengajukan pembuatan kartu.
Sementara lembaga pelatihan mandiri Myseed Hospitality Cianjur, berusaha untuk memaksimalkan perannya, terutama dalam membina lulusan SMA/SMK yang memutuskan menjadi TKI.
Calon pekerja yang akan mengadu nasib di luar negeri itu, dapat diajak berproses sehingga jauh lebih siap bekerja sebelum berangkat.
"Sektor non formal masih cukup diminati, namun terbentur moratorium ketika mereka memilih ke ?Timur Tengah. Sehingga banyak yang beralih untuk bekerja di kawasan Asia," kata Direktur Myseed Hospitality, Jose M Yusuf, belum lama ini.
Fenomena itu, diperolehnya setelah melakukan survei di kawasan selatan Cianjur. Pihaknya berusaha memberikan pemahaman pada warga agar berangkat ke luar negeri dengan keahlian yang mumpuni.
Pasalnya ke depannya kondisi sektor formal dan nonformal akan terlihat berbeda, terutama dari segi pengupahan yang berbeda secara signifikan, sehingga perlu pembinaan dan pelatihan sebelum berangkat.
"Saya juga mantan TKI, sudah 20 tahun lebih bekerja di bidang yang sama. Saya melihat sektor pariwisata melalui perhotelan atau kapal pesiar menjadi salah satu tempat yang menjanjikan," katanya.
Lembaga pelatihan yang dibangunnya baru saja memperoleh legalitas, sehingga saat ini fokus mengawal calon TKI agar berkemampuan dan kemudian tidak dipermainkan calo.
Bekerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), lembaga yang didirikan Jose seringkali mendapatkan banyak permintaan TKI.
"Calon TKI lulusan SMA/SMK asal Cianjur perlu difasilitasi pelatihan agar siap berangkat berbekal keterampilan. Kami memberikan pelatihan hingga mereka dinyatakan siap bekerja," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Kepala Disnakertrans Cianjur Dwi Ambar melalui Sekretaris dinas, Heri Suparjo di Cianjur, Kamis, mengatakan hingga pertengahan 2018, tercatat hampir 500 pemohon yang mengajukan rekomendasi berangkat ke luar negeri.
"Kami tidak bisa melarang orang untuk mencari pekerjaan sesuai dengan keinginannya termasuk bekerja ke luar negeri. Namun seleksi dan proses panjang kami lakukan agar mereka tidak asal berangkat," tambahnya.
Dia menjelaskan selama ini pihaknya berharap pengajuan rekomendasi tidak melebihi angka yang sudah ada karena dinas ingin pencari kerja lokal dapat memperoleh pekerjaan di daerah asalnya.
"Berbagai lapangan pekerjaan di tingkat lokal diadakan sebagai upaya menekan pengajuan rekomendasi kerja keluar negeri. Harapan kami anak muda yang baru lulus dapat memilih pekerjaan di kota asal Cianjur, terangnya.
Sejauh ini, tambah dia pencari kerja yang baru lulus sekolah memang sudah banyak yang mengajukan pembuatan kartu kuning. Setiap harinya 700 pencari kerja yang mengajukan pembuatan kartu.
Sementara lembaga pelatihan mandiri Myseed Hospitality Cianjur, berusaha untuk memaksimalkan perannya, terutama dalam membina lulusan SMA/SMK yang memutuskan menjadi TKI.
Calon pekerja yang akan mengadu nasib di luar negeri itu, dapat diajak berproses sehingga jauh lebih siap bekerja sebelum berangkat.
"Sektor non formal masih cukup diminati, namun terbentur moratorium ketika mereka memilih ke ?Timur Tengah. Sehingga banyak yang beralih untuk bekerja di kawasan Asia," kata Direktur Myseed Hospitality, Jose M Yusuf, belum lama ini.
Fenomena itu, diperolehnya setelah melakukan survei di kawasan selatan Cianjur. Pihaknya berusaha memberikan pemahaman pada warga agar berangkat ke luar negeri dengan keahlian yang mumpuni.
Pasalnya ke depannya kondisi sektor formal dan nonformal akan terlihat berbeda, terutama dari segi pengupahan yang berbeda secara signifikan, sehingga perlu pembinaan dan pelatihan sebelum berangkat.
"Saya juga mantan TKI, sudah 20 tahun lebih bekerja di bidang yang sama. Saya melihat sektor pariwisata melalui perhotelan atau kapal pesiar menjadi salah satu tempat yang menjanjikan," katanya.
Lembaga pelatihan yang dibangunnya baru saja memperoleh legalitas, sehingga saat ini fokus mengawal calon TKI agar berkemampuan dan kemudian tidak dipermainkan calo.
Bekerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), lembaga yang didirikan Jose seringkali mendapatkan banyak permintaan TKI.
"Calon TKI lulusan SMA/SMK asal Cianjur perlu difasilitasi pelatihan agar siap berangkat berbekal keterampilan. Kami memberikan pelatihan hingga mereka dinyatakan siap bekerja," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018