Cianjur (Antaranews Jabar) - Pemerhati seni dan budaya Jawa Barat menyatakan seni mamaos atau tembang Sunda Cianjuran mulai punah di daerahnya sendiri karena pelakunya sudah sangat sedikit dan hanya didominasi kaum lanjut usia.
Ketua Daya Mahasiswa Sunda Jawa Barat Hasan pada wartawan Senin mengatakan untuk melestarikan kesenian asli Cianjur, pihaknya meminta pemerintah kabupaten memperhatikan mamaos karena saat ini tidak ada dukungan terhadap budaya atau seni sunda Cianjuran.
"Dulu Pemkab Cianjur, sering mengadakan kegiatan tapi sekarang jarang, sehingga warga banyak yang tidak tahu apa tembang Cianjuran. Pemerintah daerah harus turut melestarikan kesenian asli Cianjur," katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah harus memikirkan bagaimana tembang seni Cianjuran dimasukkan ke dalam kurikulum minimal ada dalam pengajaran siswa Sekolah Dasar agar generasi berikutnya lebih mengenal sejak dini.
"Banyak masukan dari guru-guru di Cianjur, agar tembang seni sunda atau mamaos dimasukkan ke dalam kurikulum. Harapan kami ini menjadi perhatian khusus Pemkab Cianjur," katanya.
Sementara Dika Dzikriawan generasi muda pelaku Seni Cianjuran, mengatakan kondisi mamaos di Cianjur saat ini sangat memprihatinkan layaknya mati suri dan hanya digeluti kaum tua.
"Generasi mudanya sebagai penerus seni yang diciptakan Dalem Cianjur itu tidak banyak yang mendalami bahkan banyak yang tidak tahu. Sehingga generasi muda Cianjuran menjadi kalah dengan budaya lain," katanya.
"Cianjuran sudah mendapatkan predikat Warisan Budaya Tak Benda untuk tingkat Nasional serta dalam proses pengajuan untuk menjadi warisan budaya dunia," katanya.
Sedangkan kondisi di Cianjur, kata dia, seni itu malah perlahan punah dan dikhawatirkan ada penilaian buruk kepada generasi muda karena tidak bisa dan peduli untuk melestarikan budayanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Ketua Daya Mahasiswa Sunda Jawa Barat Hasan pada wartawan Senin mengatakan untuk melestarikan kesenian asli Cianjur, pihaknya meminta pemerintah kabupaten memperhatikan mamaos karena saat ini tidak ada dukungan terhadap budaya atau seni sunda Cianjuran.
"Dulu Pemkab Cianjur, sering mengadakan kegiatan tapi sekarang jarang, sehingga warga banyak yang tidak tahu apa tembang Cianjuran. Pemerintah daerah harus turut melestarikan kesenian asli Cianjur," katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah harus memikirkan bagaimana tembang seni Cianjuran dimasukkan ke dalam kurikulum minimal ada dalam pengajaran siswa Sekolah Dasar agar generasi berikutnya lebih mengenal sejak dini.
"Banyak masukan dari guru-guru di Cianjur, agar tembang seni sunda atau mamaos dimasukkan ke dalam kurikulum. Harapan kami ini menjadi perhatian khusus Pemkab Cianjur," katanya.
Sementara Dika Dzikriawan generasi muda pelaku Seni Cianjuran, mengatakan kondisi mamaos di Cianjur saat ini sangat memprihatinkan layaknya mati suri dan hanya digeluti kaum tua.
"Generasi mudanya sebagai penerus seni yang diciptakan Dalem Cianjur itu tidak banyak yang mendalami bahkan banyak yang tidak tahu. Sehingga generasi muda Cianjuran menjadi kalah dengan budaya lain," katanya.
"Cianjuran sudah mendapatkan predikat Warisan Budaya Tak Benda untuk tingkat Nasional serta dalam proses pengajuan untuk menjadi warisan budaya dunia," katanya.
Sedangkan kondisi di Cianjur, kata dia, seni itu malah perlahan punah dan dikhawatirkan ada penilaian buruk kepada generasi muda karena tidak bisa dan peduli untuk melestarikan budayanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018