Antarajawabarat.com, 17/4 - Sekolah Lapang Iklim tahap 3 yang diterapkan di 25 provinsi bertujuan membantu petani meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan memperhatikan iklim mengingat iklim sering berubah.

"Pada beberapa waktu lalu, kalau sudah April di pantai Utara Jawa Barat sudah masuk musim kemarau, tetapi sekarang masih ada hujan," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dr Widagdo Sulistyo kepada wartawan usai meresmikan SLI Tahap 3 di Desa Leuwidingding, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jabar, Jumat,
Ia menyebutkan dari pengalaman SLI tahap 3 di beberapa provinsi telah mampu meningkatkan produktivitas lahan dari semula rata-rata lima ton per hektare menjadi diatas delapan ton padi per hektare.

Begitu juga untuk SLI di Leuwidingding, Cirebon yang biasanya produktivitas lahan anatara empat dan lima ton per hektare, diharapkan bisa mencapai antara delapan dan sembilan ton per hektare.

Tujuan lain, adalah menggabungkan antara pengalaman petani dengan infomasi teknologi iklim.

Karena itu, SLI menyediakan beberapa alat ukur hujan di lokasi yang harus periksa setiap hari dan didiskusikan satu kali dalam sepuluh hari.

"Hasil diskusi para petani dengan didampingi Babinsa, bisa menentukan kapan mulai tanam, atau jenis apa yang cocok dengan iklim yang ada.. Jika curah hujan tidak mencukupi untuk tanaman padi, maka petani depat menentukan tanaman lain," katanya.

Agar pengalaman SLI dapat diterapkan di semua kabupaten/kota, maka Pemda Kabupaten/kota harus jemput bola mengenai apa yang sudah disimulasikan di SLI tahapt 3 seperti di Leuwidingding tersebut, katanya.

Dikatakannya, BMKG menyediakan sekitar 1000 alat ukur iklim di Jawa Barat yang dapat digunakan untuk memprediksi iklim tiga bulan kedepan dengan akurasi antara 70 persen hingga 80 persen.

SLI tahap 3 di Leuwidingding dimulai 17 April sampai Juli 2015 dengan 12 kali pertemuan. Peserta SLI tersebut sebanyak 24 petani dengan seorang pedamping Babinsa Letnan Hury Rio mengatakan petani yang dia dampingi mengelola lahan seluas lima hektare memakai varitas MSP8 dengan jarak tanam menggunakan sistem Legowo II atau sekitar
210 ribu rumpun per hektare.

Selain dilakukan pendampingan oleh Babinsa, SLI tersebut melibatkan penyuluh pertanian setempat mengenai teknis bercocok tanam yang ideal, tambah Penyuluh Pertanian Lapangan Edy Priyadi.

Edy mencontohkan, bibit padi yang akan ditanam idealnya berumur antara 16 sampai 18 hari. "Kalau lebih dari 20 hari daunnya harus dipotong. Kalau tidak dipotong akan rubuh ditiup angin. Padahal padi yang daunya dipotong kurang bagus," katanya.***3***

Yasad A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015