Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, Jawa Barat menargetkan produksi padi tahun 2024 mencapai 1 juta ton dengan mempercepat masa tanam, sehingga rata-rata panen dalam setahun dapat dilakukan sebanyak tiga kali.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Yanti Nurdiyati, di Cianjur, Sabtu, mengatakan selama ini hasil panen padi petani di Cianjur dapat menyumbang 10-12 persen kebutuhan pangan di Jawa Barat, sehingga hasil produksi digenjot setiap tahunnya.

Baca juga: Petani Cianjur diminta tanam padi lebih cepat hindari kemarau

"Produksi padi saat ini sekitar 850 ribu ton gabah kering giling (GKG), meski dengan segala keterbatasan akan coba digenjot tahun ini menjadi 1 juta ton, setiap lahan pertanian padi diupayakan dapat melakukan panen sebanyak 3 kali dalam setahun," katanya.

Dia menjelaskan, meski terjadi pengurangan lahan pertanian tidak membuat hasil produksi menurun tajam, tercatat sekitar 62 ribu hektare lahan pertanian yang ada di Cianjur, tahun ini berkurang menjadi 61 ribu hektare.

Penyusutan paling banyak terjadi di wilayah utara, jumlahnya di atas 500 hektare di bawah 1.000 hektare, faktor penyebabnya karena alih fungsi lahan ke industri dan perumahan, sehingga berbagai upaya dilakukan agar hasil panen tetap maksimal.

"Tidak hanya mengalami pengurangan lahan pertanian, saat ini di Cianjur mengalami pengurangan alokasi pupuk berdasarkan data alokasi pupuk bersubsidi terjadi penurunan jumlah sejak dua tahun terakhir," katanya pula.

Berdasarkan SK alokasi tahun 2023, pemerintah menetapkan alokasi pupuk subsidi di Cianjur dengan total 61.148 ton terdiri dari urea sebanyak 39.718 ton dan NPK sebanyak 21.430 ton.

"Sedangkan alokasi tahun 2024, pemerintah menetapkan alokasi pupuk subsidi di Cianjur dengan total 41.234,6 ton terdiri dari urea sebanyak 24.719,8 ton, dan NPK sebanyak 16.514,8 ton, tidak hanya pengurangan namun beberapa jenis pupuk tidak lagi bersubsidi," katanya lagi.

Sedangkan petani di wilayah penghasil padi di Cianjur, mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi karena kuota subsidi yang turun setiap tahunnya bahkan beberapa jenis pupuk tidak lagi bersubsidi, sekalinya ada pembelian dibatasi.
Petani di Kecamatan Karangtengah Subadri (43) mengatakan ketersediaan pupuk terutama pupuk bersubsidi sulit didapatkn, setiap tahun dia dan ratusan petani di wilayah tersebut melakukan tiga kali masa tanam, sehingga membutuhkan 500 kilogram pupuk.

"Saat ini, kami hanya mendapatkan kurang lebih 100 kilogram pupuk bersubsidi sedangkan kebutuhan tiga kali musim tanam 500 kilogram, jauh dari kebutuhan, sehingga kami terpaksa mengakali dengan menggunakan pupuk dari kotoran ternak atau beli pupuk non-subsidi yang mahal," katanya pula.

Seiring sulitnya mendapatkan pupuk, ujar dia lagi, membuat hasil produksi mengalami penurunan yang biasanya dari satu hektare dapat menghasilkan 800 kilogram padi saat ini menurun menjadi 5.00 kilogram.

"Harapan kami ada kebijakan dari pemerintah memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi untuk petani, sehingga Cianjur dapat menjadi lumbung padi di Indonesia tidak hanya di Jabar kalau pupuknya tersedia atau sediakan pupuk murah," katanya lagi.

Baca juga: DPRD Jabar dorong UPTD Balai Benih Padi Palawija Cianjur berinovasi

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024