Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah membangun sistem pelaporan pemantauan sampah berbasis aplikasi Bandung Waste Management lewat Program Kota Pintar atau Smart City.

“Pelaksanaannya sekarang sudah mulai terukur, orang memberikan laporan-laporan dengan aplikasi Bandung Waste Management yang sudah kami kanalisasi di setiap klaster,” kata Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna saat ditemui di Plaza Balai Kota, Bandung, Selasa.

Ema menjelaskan aplikasi tersebut bertujuan membuat pelayanan di Kota Bandung menjadi jauh lebih baik, mudah, dan terbuka, mengenai upaya Pemkot Bandung atasi masalah kedaruratan sampah.

"Aplikasi yang kami hadirkan termasuk juga kebutuhan kekinian dalam menghadapi situasi darurat sampah. Bandung Waste Management ini menjadi sarana komunikasi kami dengan warga masyarakat dalam upaya penanganan sampah," ucapnya.

Melalui aplikasi Bandung Waste Management, lanjutnya, warga Bandung bisa lebih cepat menerima informasi dan mendapatkan edukasi serta penanganan terkait permasalahan sampah oleh pemerintah.

"Sehingga tidak ada lagi keluhan-keluhan masyarakat, karena kecepatan dari aparatur pemerintah kota yang mampu memberikan layanan terbaik dengan daya dukung teknologi," kata Ema.

Dengan adanya penanganan sampah melalui Program Bandung Waste Management,  kata dia, semua pihak bisa sama-sama mengolah sampah dari hulu. Terlebih sampai saat ini Kota Bandung masih berada dalam status darurat sampah.

“Mudah-mudahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) itu bisa mengupdate data  dan minggu ini mungkin saya internal akan lakukan lagi evaluasi karena ini kan harus terukur setiap minggu, harus ada progres, datanya harus benar,” katanya.

Adapun saat ini Kota Bandung telah memiliki sebanyak 272 Kawasan Bebas Sampah (KBS) dengan 123 ton per harinya sudah diolah, sehingga tidak ada lagi yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

 

Pewarta: Rubby Jovan Primananda

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023