Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melakukan berbagai upaya untuk menekan angka putus sekolah di daerah itu, terutama bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) agar melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Kepala Bidang SMP Disdikpora Kabupaten Cianjur Helmi di Cianjur, Jumat, mengatakan tahun 2023, tercatat dari 32.120 siswa lulus SMP di daerah itu, sebanyak 1.589 lulusan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK sederajat karena faktor ekonomi.
"Meski angkanya di bawah 10 persen, kami menargetkan setiap tahun angkanya terus berkurang, sehingga 100 persen lulusan SMP setiap tahunnya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi," katanya.
Selain mengarahkan lulusan SMP melanjutkan ke sekolah formal, pihaknya juga mengarahkan mereka yang putus sekolah di tengah jalan untuk mengambil paket B dan paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di dekat tempat tinggal masing-masing.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan ratusan pengurus pondok pesantren di Cianjur untuk menekan angka putus sekolah dengan mengarahkan siswa yang menjalani pendidikan di pondok pesantren tanpa pendidikan umum, mengarahkan santrinya untuk dapat memiliki ijazah formal.
"Kami arahkan pengurus pondok pesantren untuk mengizinkan santrinya melanjutkan pendidikan, baik secara formal maupun mengikuti paket C atau SMA sederajat," katanya.
Helmi mengungkapkan angka putus sekolah tingkat SMP masih sangat tinggi, karena faktor ekonomi. Orang tua keberatan karena dibebani uang sekolah dan lain-lain, sedangkan untuk SD dan SMP gratis, sehingga pilihan melanjutkan ke PKBM menjadi solusi.
"Jumlah angka putus sekolah di tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4.400 siswa, sedangkan tahun ini menurun menjadi 1.589 siswa. Ini tetap menjadi perhatian kami bagaimana ke depannya setiap tahun seluruh lulusan SMP di Cianjur melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Kepala Bidang SMP Disdikpora Kabupaten Cianjur Helmi di Cianjur, Jumat, mengatakan tahun 2023, tercatat dari 32.120 siswa lulus SMP di daerah itu, sebanyak 1.589 lulusan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK sederajat karena faktor ekonomi.
"Meski angkanya di bawah 10 persen, kami menargetkan setiap tahun angkanya terus berkurang, sehingga 100 persen lulusan SMP setiap tahunnya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi," katanya.
Selain mengarahkan lulusan SMP melanjutkan ke sekolah formal, pihaknya juga mengarahkan mereka yang putus sekolah di tengah jalan untuk mengambil paket B dan paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di dekat tempat tinggal masing-masing.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan ratusan pengurus pondok pesantren di Cianjur untuk menekan angka putus sekolah dengan mengarahkan siswa yang menjalani pendidikan di pondok pesantren tanpa pendidikan umum, mengarahkan santrinya untuk dapat memiliki ijazah formal.
"Kami arahkan pengurus pondok pesantren untuk mengizinkan santrinya melanjutkan pendidikan, baik secara formal maupun mengikuti paket C atau SMA sederajat," katanya.
Helmi mengungkapkan angka putus sekolah tingkat SMP masih sangat tinggi, karena faktor ekonomi. Orang tua keberatan karena dibebani uang sekolah dan lain-lain, sedangkan untuk SD dan SMP gratis, sehingga pilihan melanjutkan ke PKBM menjadi solusi.
"Jumlah angka putus sekolah di tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4.400 siswa, sedangkan tahun ini menurun menjadi 1.589 siswa. Ini tetap menjadi perhatian kami bagaimana ke depannya setiap tahun seluruh lulusan SMP di Cianjur melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023