Produksi ikan air tawar di Waduk Darma, Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mencapai 38 ribu ton per tahun yang mampu menyuplai pasar luar daerah dalam provinsi maupun sampai ke Jawa Tengah.
"Produksi tertinggi itu sekitar 38 ribu ton per tahun, untuk menyuplai Kuningan serta dipasarkan ke daerah Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, dan wilayah Jawa Tengah," kata Kepala Desa Jagara, Umar Hidayat di Kuningan, Rabu.
Ia mengatakan ikan yang dibudidayakan masyarakat sekitar dengan cara keramba jaring apung (KJA) di Waduk Darma yakni jenis ikan air tawar seperti nila.
Ia menyebutkan di Desa Jagara terdapat 270 warga dari total 582 orang yang berprofesi sebagai pembudidaya ikan dengan KJA di Waduk Darma yang sudah dimulai sejak 1994 yang awalnya berjumlah delapan kolam, kemudian bertambah dengan konsep budidaya KJA.
"Di Jagara tidak ada pertanian dan perkebunan, mayoritas jadi petani keramba jaring apung," katanya.
Ia menyampaikan aktivitas budidaya tersebut menjadi mata pencaharian utama bagi warga Desa Jagara maupun desa lainnya yang menjadi kawasan penyangga untuk Waduk Darma.
"Mulai tahun 2011, keramba jaring apung di Desa Jagara kian menjamur karena dianggap berhasil dan menguntungkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kuningan Deni Rianto menjelaskan hampir setiap tahun fenomena "umbalan" atau perputaran air di Waduk Darma selalu terjadi dan mengakibatkan sejumlah ikan hasil budidaya mati.
Siklus perputaran air ini, kata dia, umumnya disebabkan kondisi cuaca terutama saat memasuki peralihan musim, sehingga membuat masa jenis di atas dan di bawah permukaan air danau berbeda.
"Biasanya lapisan air yang ada di bawah itu naik membawa zat berbahaya seperti amoniak, nitrat, dan semacamnya," katanya.
Ia menambahkan akibat fenomena itu, ikan yang hidup di dalam keramba akan terganggu dan tidak jarang memicu kematian ikan secara massal di Waduk Darma.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Produksi tertinggi itu sekitar 38 ribu ton per tahun, untuk menyuplai Kuningan serta dipasarkan ke daerah Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, dan wilayah Jawa Tengah," kata Kepala Desa Jagara, Umar Hidayat di Kuningan, Rabu.
Ia mengatakan ikan yang dibudidayakan masyarakat sekitar dengan cara keramba jaring apung (KJA) di Waduk Darma yakni jenis ikan air tawar seperti nila.
Ia menyebutkan di Desa Jagara terdapat 270 warga dari total 582 orang yang berprofesi sebagai pembudidaya ikan dengan KJA di Waduk Darma yang sudah dimulai sejak 1994 yang awalnya berjumlah delapan kolam, kemudian bertambah dengan konsep budidaya KJA.
"Di Jagara tidak ada pertanian dan perkebunan, mayoritas jadi petani keramba jaring apung," katanya.
Ia menyampaikan aktivitas budidaya tersebut menjadi mata pencaharian utama bagi warga Desa Jagara maupun desa lainnya yang menjadi kawasan penyangga untuk Waduk Darma.
"Mulai tahun 2011, keramba jaring apung di Desa Jagara kian menjamur karena dianggap berhasil dan menguntungkan," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kuningan Deni Rianto menjelaskan hampir setiap tahun fenomena "umbalan" atau perputaran air di Waduk Darma selalu terjadi dan mengakibatkan sejumlah ikan hasil budidaya mati.
Siklus perputaran air ini, kata dia, umumnya disebabkan kondisi cuaca terutama saat memasuki peralihan musim, sehingga membuat masa jenis di atas dan di bawah permukaan air danau berbeda.
"Biasanya lapisan air yang ada di bawah itu naik membawa zat berbahaya seperti amoniak, nitrat, dan semacamnya," katanya.
Ia menambahkan akibat fenomena itu, ikan yang hidup di dalam keramba akan terganggu dan tidak jarang memicu kematian ikan secara massal di Waduk Darma.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023