Ketua PWI Jawa Barat Hilman Hidayat menyebut jurnalis merupakan profesi yang menjadi pertahanan terakhir bagi kebenaran suatu informasi di tengah era teknologi saat ini yang menciptakan fenomena "tsunami informasi". 

Meski kini perannya sudah semakin tak diperhatikan, menurutnya jurnalis masih sangat diperlukan untuk memberikan titik terang kepada publik melalui berita-berita kredibel dan terkonfirmasi.

"Pembela kebenaran untuk kepentingan publik itu masih ada di jurnalis, artinya pertahanan terakhir informasi itu ada di jurnalis, terbayang kalau itu runtuh, akan jebol," kata Hilman saat berbincang dengan ANTARA di kantornya di Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat.

Hilman yang awal berkarir sebagai jurnalis hingga kini menjadi pemimpin grup perusahaan media bernama AyoBandung itu menilai profesi jurnalis saat ini cukup termarjinalkan.

Karena di era teknologi ini, menurutnya, seorang jurnalis memiliki tanggung jawab yang kian membesar. Namun di sisi lain, dia menilai berbagai kondisi menyebabkan keberadaan jurnalis tak terdukung.

"Dia (jurnalis) membela kepentingan publik, dibayar minim, termarjinalkan secara industri, terpojokkan oleh content creator, tapi dia harus berjuang," kata Ketua PWI Jawa Barat periode 2021-2026 itu.

Selain itu, dia menilai kini tantangan terhadap dunia jurnalistik pun sangat berat. Karena sejak dulu dia berkiprah sebagai jurnalis di media Bisnis Indonesia, dia memandang produsen informasi itu hadir hanya dari kalangan jurnalistik meski bentuknya berbeda-beda, seperti radio, televisi, dan media cetak.

Namun kini selain bentuknya medianya yang berubah, menurutnya produsen informasi itu juga hadir bukan hanya dari kalangan jurnalis. Sehingga informasi-informasi yang beredar itu menurutnya berpotensi tak terverifikasi dan tak sesuai dengan kode etik jurnalistik.
"Waktu dulu saya jadi wartawan, saya ikut meliput acara Tokyo Motor Show, yang diundang itu semua wartawan otomotif. Nah sekarang Tokyo Motor Show yang diundang itu influencer," kata Hilman.

Walaupun begitu, dia mengaku tidak pesimis terhadap dunia jurnalistik walaupun kini dia tak menampik jurnalisme sedang diterpa masa-masa sulit. Terlebih lagi, kata dia, Presiden Joko Widodo pun telah mewacanakan adanya aturan publisher right untuk mendukung hak cipta produk jurnalistik.

"Kalau disebut jalan buntu terlalu ekstrem ya, kadang-kadang sesuatu hak kalau kita berjalan itu sesudah menemui tembok yang sulit. Sekarang pemikir-pemikir jurnalis di Indonesia itu sudah berpikir banyak," kata dia.

 

Pewarta: Ajat Sudrajat/Bagus Ahmad Rizaldi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023