Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan tidak ada pembangunan tempat pembuangan akhir atau TPA baru pada tahun 2030 mendatang.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan langkah itu untuk mengurangi polusi gas metana dari sampah dan limbah yang berpengaruh terhadap iklim.
"TPA menghasilkan gas metana dan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Kami punya cita-cita di tahun 2030 tidak akan membangun TPA lainnya dan di tahun 2040 tidak akan ada TPA lagi," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu.
Vivien menjelaskan kegiatan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan secara maksimal agar tidak memenuhi TPA dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Upaya itu turut sejalan dengan target zero waste atau nol sampah pada tahun 2030.
Pada rentang tahun 2030 sampai 2040, pemerintah menerapkan metode menambang sampah dengan mengambil sisa sampah-sampah lama untuk diolah menjadi briket.
"Negara-negara maju, seperti Denmark, tempat penampungan akhir hanya menampung enam persen karena sampahnya bisa dikelola. Indonesia seharusnya bisa melakukan hal serupa," kata Vivien.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2022, timbulan sampah di Indonesia sebanyak 18,30 juta ton per tahun, angka pengurangan sampah sebanyak 4,89 juta ton per tahun atau setara 26,72 persen, dan penanganan sampah mencapai 9,25 juta ton per tahun atau setara 50,55 persen.
Kemudian, data sampah terkelola ada sebanyak 14,14 juta ton per tahun atau setara 77,28 persen dan sampah tidak terkelola sebanyak 4,16 juta ton per tahun atau setara 22,72 persen.
SIPSN juga mencatat bahwa komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.
Sedangkan komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.
Capaian kinerja pengelolaan sampah tersebut adalah hasil dari pengimputan data yang dilakukan oleh 146 kabupaten maupun kota di Indonesia pada tahun 2022 lalu.
"Kami mengajak publik untuk semakin sadar terhadap persoalan sampah dan pada akhirnya tidak menghasilkan lagi sampah," pungkas Vivien.
Sampah Bandung
Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Jawa Barat, menyebut hanya bisa mengangkut 900-1.000 ton sampah sehingga ada sekitar 300 ton yang tidak terangkut setiap hari karena permasalahan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti.
Kepala DLH Kota Bandung Dudi Prayudi di Bandung, Selasa, mengatakan setiap harinya, Kota Bandung menghasilkan hingga 1.200 ton sampah.
Adapun permasalahan di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, menurutnya sudah berlangsung sejak pekan kedua Januari 2023.
"Problemnya karena antrian panjang di jalan menuju dan di dalam TPA-nya, mengakibatkan keterlambatan truk kami untuk mengangkut lagi," kata Dudi.
Dia mengatakan 1.200 ton sampah per hari itu didapat dari 135 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di Kota Bandung.
Namun karena ada masalah tersebut, dia mengatakan pihaknya memprioritaskan pengangkutan sampah di TPS yang sudah menumpuk. Adapun permasalahan yang terjadi di TPA Sarimukti menurutnya yakni terdapat kerusakan alat berat. Kemudian menurutnya akses jalan menuju ke lokasi licin sehingga memperlambat mobilitas truk sampah.
"Ini mengakibatkan adanya antrean panjang dan terjadi keterlambatan," kata dia.
Karena adanya permasalahan itu, ia meminta masyarakat untuk sementara menahan untuk membuang sampah ke TPS.
Selain itu, menurutnya masyarakat juga diminta meminimalisir sampah dari tingkat rumah tangga.
"Insya Allah kalau alat beratnya berfungsi kembali bisa secepatnya kembali normal, hanya butuh waktu," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KLHK targetkan tidak ada pembangunan TPA baru pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan langkah itu untuk mengurangi polusi gas metana dari sampah dan limbah yang berpengaruh terhadap iklim.
"TPA menghasilkan gas metana dan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Kami punya cita-cita di tahun 2030 tidak akan membangun TPA lainnya dan di tahun 2040 tidak akan ada TPA lagi," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu.
Vivien menjelaskan kegiatan pengurangan dan pengelolaan sampah harus dilakukan secara maksimal agar tidak memenuhi TPA dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Upaya itu turut sejalan dengan target zero waste atau nol sampah pada tahun 2030.
Pada rentang tahun 2030 sampai 2040, pemerintah menerapkan metode menambang sampah dengan mengambil sisa sampah-sampah lama untuk diolah menjadi briket.
"Negara-negara maju, seperti Denmark, tempat penampungan akhir hanya menampung enam persen karena sampahnya bisa dikelola. Indonesia seharusnya bisa melakukan hal serupa," kata Vivien.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada tahun 2022, timbulan sampah di Indonesia sebanyak 18,30 juta ton per tahun, angka pengurangan sampah sebanyak 4,89 juta ton per tahun atau setara 26,72 persen, dan penanganan sampah mencapai 9,25 juta ton per tahun atau setara 50,55 persen.
Kemudian, data sampah terkelola ada sebanyak 14,14 juta ton per tahun atau setara 77,28 persen dan sampah tidak terkelola sebanyak 4,16 juta ton per tahun atau setara 22,72 persen.
SIPSN juga mencatat bahwa komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.
Sedangkan komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.
Capaian kinerja pengelolaan sampah tersebut adalah hasil dari pengimputan data yang dilakukan oleh 146 kabupaten maupun kota di Indonesia pada tahun 2022 lalu.
"Kami mengajak publik untuk semakin sadar terhadap persoalan sampah dan pada akhirnya tidak menghasilkan lagi sampah," pungkas Vivien.
Sampah Bandung
Sementara itu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Jawa Barat, menyebut hanya bisa mengangkut 900-1.000 ton sampah sehingga ada sekitar 300 ton yang tidak terangkut setiap hari karena permasalahan pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sarimukti.
Kepala DLH Kota Bandung Dudi Prayudi di Bandung, Selasa, mengatakan setiap harinya, Kota Bandung menghasilkan hingga 1.200 ton sampah.
Adapun permasalahan di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, menurutnya sudah berlangsung sejak pekan kedua Januari 2023.
"Problemnya karena antrian panjang di jalan menuju dan di dalam TPA-nya, mengakibatkan keterlambatan truk kami untuk mengangkut lagi," kata Dudi.
Dia mengatakan 1.200 ton sampah per hari itu didapat dari 135 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di Kota Bandung.
Namun karena ada masalah tersebut, dia mengatakan pihaknya memprioritaskan pengangkutan sampah di TPS yang sudah menumpuk. Adapun permasalahan yang terjadi di TPA Sarimukti menurutnya yakni terdapat kerusakan alat berat. Kemudian menurutnya akses jalan menuju ke lokasi licin sehingga memperlambat mobilitas truk sampah.
"Ini mengakibatkan adanya antrean panjang dan terjadi keterlambatan," kata dia.
Karena adanya permasalahan itu, ia meminta masyarakat untuk sementara menahan untuk membuang sampah ke TPS.
Selain itu, menurutnya masyarakat juga diminta meminimalisir sampah dari tingkat rumah tangga.
"Insya Allah kalau alat beratnya berfungsi kembali bisa secepatnya kembali normal, hanya butuh waktu," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KLHK targetkan tidak ada pembangunan TPA baru pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023