Purwakarta, 22/12 (ANTARA) - Aktivitas budi daya ikan kolam jaring apung (KJA) di perairan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat berkurang dalam sebulan terakhir, seiring dengan kondisi cuaca yang semakin tidak menguntungkan.
"Kondisi cuaca semakin tidak menguntungkan, dan diperkirakan berlangsung hingga dua bulan ke depan," ujar Ade, seorang pembudidaya, di Jatiluhur, Rabu.
Ia menyebutkan, penanaman benih ikan kini dikurangi hampir 50 persen, selain pengurangi jumlah kolam.
Hal itu dilakukan sebagai upaya menghindari kematian ikan secara massal di tengah memburuknya cuaca.
Diperkirakan, cuaca semakin memburuk pada musim hujan, Januari-Pebruari 2011, katanya.
"Biasanya pada puncak musim hujan terjadi arus balik (terbaliknya air dan kotoran di dasar waduk ke permukaan) Waduk Jatiluhur. Kondisi itu tidak jarang berakibat kematian ikan secara massal," katanya.
Di perairan Waduk Jatiluhur kini terdapat sekitar 22.000 unit KJA, namun banyak kolam yang ditinggalkan pemiliknya karena tidak digunakan.
"Kami tidak mau mengambil risiko (kematian ikan), sehingga banyak kolam yang tidak digunakan. Benih ikan yang ditanam juga jauh lebih sedikit dari biasanya," kata Baban Purnama, pembudidaya ikan lainnya.
Berkurangnya aktivitas budi daya ikan Waduk Jatiluhur, telah berimbas pada usaha jasa penyeberangan dari dan ke lokasi budi daya ikan KJA.
Warisdi, seorang pemilik perahu mengaku, penggunaan perahu untuk antar jemput dari dan ke lokasi budi daya, terasa sepi seiring dengan berkurangnya kegiatan budi daya ikan di Waduk Jatiluhur belakangan ini.
"Pendapatan kita anjlok, karena jarangnya muatan," katanya.
Kabid Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta, Komaran, menyatakan bahwa pihaknya telah mengingatkan para pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur, sehubungan dengan memburuknya cuaca di setiap akhir dan awal tahun itu.
"Pokoknya harus mengurangi volume penanaman benih ikan, di samping mengurangi jumlah kolam. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi memburuknya cuaca yang seringkali menyebabkan kematian ikan secara massal," katanya.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
"Kondisi cuaca semakin tidak menguntungkan, dan diperkirakan berlangsung hingga dua bulan ke depan," ujar Ade, seorang pembudidaya, di Jatiluhur, Rabu.
Ia menyebutkan, penanaman benih ikan kini dikurangi hampir 50 persen, selain pengurangi jumlah kolam.
Hal itu dilakukan sebagai upaya menghindari kematian ikan secara massal di tengah memburuknya cuaca.
Diperkirakan, cuaca semakin memburuk pada musim hujan, Januari-Pebruari 2011, katanya.
"Biasanya pada puncak musim hujan terjadi arus balik (terbaliknya air dan kotoran di dasar waduk ke permukaan) Waduk Jatiluhur. Kondisi itu tidak jarang berakibat kematian ikan secara massal," katanya.
Di perairan Waduk Jatiluhur kini terdapat sekitar 22.000 unit KJA, namun banyak kolam yang ditinggalkan pemiliknya karena tidak digunakan.
"Kami tidak mau mengambil risiko (kematian ikan), sehingga banyak kolam yang tidak digunakan. Benih ikan yang ditanam juga jauh lebih sedikit dari biasanya," kata Baban Purnama, pembudidaya ikan lainnya.
Berkurangnya aktivitas budi daya ikan Waduk Jatiluhur, telah berimbas pada usaha jasa penyeberangan dari dan ke lokasi budi daya ikan KJA.
Warisdi, seorang pemilik perahu mengaku, penggunaan perahu untuk antar jemput dari dan ke lokasi budi daya, terasa sepi seiring dengan berkurangnya kegiatan budi daya ikan di Waduk Jatiluhur belakangan ini.
"Pendapatan kita anjlok, karena jarangnya muatan," katanya.
Kabid Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta, Komaran, menyatakan bahwa pihaknya telah mengingatkan para pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur, sehubungan dengan memburuknya cuaca di setiap akhir dan awal tahun itu.
"Pokoknya harus mengurangi volume penanaman benih ikan, di samping mengurangi jumlah kolam. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi memburuknya cuaca yang seringkali menyebabkan kematian ikan secara massal," katanya.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010