Depok, 3/11 (ANTARA) - Universitas Indonesia mengukuhkan dua guru besar di bidang ilmu budaya, khususnya yang berkaitan dengan sejarah, yakni Prof Dr Titik Pudjiastuti dan Prof Dr Djoko Marihandono di Balai Sidang UI Kampus Depok, Rabu.
Pengukuhan dua guru besar baru di lingkungan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI tersebut dilakukan oleh Rektor UI PRof Dr der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri.
Prof Dr Titik Pudjiastuti dalam pidato ilmiahnya pada acara tersebut menguraikan mengenai naskah lama yang menjadi salah satu sumber data sejarah suatu bangsa.
Melalui katalog naskah Nusantara, seorang peneliti dapat mengetahui apa dan bagaimana naskah yang menjadi objek penelitiannya, katanya.
Penelitian penyusunan katalog naskah Nusantara bukan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, melainkan juga untuk tujuan penyelamatan dan pelestarian informasi budaya.
Hingga kini, tradisi penyalinan naskah Nusantara masih berjalan, dan dapat ditemukan di Bali, Lombok, Yogyakarta.
Dalam ringkasan pidato ilmiahnya, Dr Titik mengingatkan bahwa saat ini banyak pemilik naskah yang rela 'harta pusakanya' itu dijual kepada orang asing.
Apabila hal ini tidak segera ditangani, sudah pasti akar budaya bangsa Indonesia akan tercerabut dan generasi muda bangsa Indonesia kelak akan kehilangan identitas budayanya.
Sementara Prof. Dr. Djoko Marihandono, S.S., M.Si menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul "Menjadi Sejarawan Profesional : Kajian Tentang Sumber Sejarah dan Metodeloginya".
Djoko menjelaskan bahwa sejarawan atau orang yang menulis sejarah dituntut memiliki tiga kemampuan, bahasa asing, pemahaman akan sumber, dan pengembangan metodologi.
Dengan menguasai berbagai macam bahasa, akan membuka cakrawala sejarawan menjadi lebih luas dan lebih tajam, khususnya dalam memahami sumber sejarah, dalam hal ini arsip.
Sementara itu, kemampuan menerapkan metodologi dalam analisis historis merupakan ketrampilan yang harus terus diasah, karena sejarawan sangat menyadari bahwa tidak ada satu karya sejarah yang steril dari pemikiran orang lain.
Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Pengukuhan dua guru besar baru di lingkungan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI tersebut dilakukan oleh Rektor UI PRof Dr der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri.
Prof Dr Titik Pudjiastuti dalam pidato ilmiahnya pada acara tersebut menguraikan mengenai naskah lama yang menjadi salah satu sumber data sejarah suatu bangsa.
Melalui katalog naskah Nusantara, seorang peneliti dapat mengetahui apa dan bagaimana naskah yang menjadi objek penelitiannya, katanya.
Penelitian penyusunan katalog naskah Nusantara bukan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, melainkan juga untuk tujuan penyelamatan dan pelestarian informasi budaya.
Hingga kini, tradisi penyalinan naskah Nusantara masih berjalan, dan dapat ditemukan di Bali, Lombok, Yogyakarta.
Dalam ringkasan pidato ilmiahnya, Dr Titik mengingatkan bahwa saat ini banyak pemilik naskah yang rela 'harta pusakanya' itu dijual kepada orang asing.
Apabila hal ini tidak segera ditangani, sudah pasti akar budaya bangsa Indonesia akan tercerabut dan generasi muda bangsa Indonesia kelak akan kehilangan identitas budayanya.
Sementara Prof. Dr. Djoko Marihandono, S.S., M.Si menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul "Menjadi Sejarawan Profesional : Kajian Tentang Sumber Sejarah dan Metodeloginya".
Djoko menjelaskan bahwa sejarawan atau orang yang menulis sejarah dituntut memiliki tiga kemampuan, bahasa asing, pemahaman akan sumber, dan pengembangan metodologi.
Dengan menguasai berbagai macam bahasa, akan membuka cakrawala sejarawan menjadi lebih luas dan lebih tajam, khususnya dalam memahami sumber sejarah, dalam hal ini arsip.
Sementara itu, kemampuan menerapkan metodologi dalam analisis historis merupakan ketrampilan yang harus terus diasah, karena sejarawan sangat menyadari bahwa tidak ada satu karya sejarah yang steril dari pemikiran orang lain.
Teguh Handoko
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010