Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah menyiapkan pendanaan sebesar Rp5 triliun tahun ini untuk penyediaan vaksin COVID-19 yang saat ini masih dalam tahap uji klinis.
"Pemerintah sudah menganggarkan untuk penyediaan vaksin sebesar 30-40 juta dosis di PT Bio Farma dan pemerintah memberi pendanaan sebesar Rp5 triliun tahun ini. Tahun depan mungkin bisa disiapkan Rp40 triliun sampai Rp50 triliun," katanya dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) 2020 secara daring, Rabu.
Ia menjelaskan saat ini Bio Farma dan Sinovac Biotech tengah melakukan uji klinis fase ketiga yang melibatkan 1.600 orang. Targetnya, vaksin sudah mulai bisa diproduksi pada Oktober mendatang dengan kapasitas 10 juta dosis per bulan dan hingga akhir tahun akan memproduksi 40 juta dosis. Kapasitas produksi pengembangan vaksin yang bekerja sama dengan China itu diharapkan mencapai 120 juta dosis per tahun.
Bio Farma, lanjut Airlangga, juga bekerja sama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI) untuk melakukan transfer teknologi formulasi vaksin. Bio Farma memproduksi vasin COVID-19 yang dikembangkan oleh CEPI.
Selain Bio Farma, Airlangga menjelaskan PT Kalbe Farma juga tengah bekerja sama dengan Genexine Consortium asal Korea Selatan dalam pengembangan vaksin COVID-19. Kerja sama uji klinis fase 3 akan dilakukan September 2020-Maret 2021 mendatang. Dengan kapasitas produksi yang ditargetkan hingga 50 juta dosis per tahun. Persetujuan kondisonal oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kemungkinan baru akan keluar pada Agustus 2021.
Sementara itu, PT BHCT Bioteknologi Indonesia juga bekerja sama dengan China Sinopharm International Corporation (Wuhan Institute of Bilogical Product) untuk melakukan uji klinis fase 1 dan 2 di rumah sakit rujukan COVID-19. Uji klinis mulai dilakukan April lalu di China.
Baca juga: Alasan Pemerintah pilih vaksin COVID-19 dari kandidat terbaik dan tercepat
Baca juga: Uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 resmi dimulai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Pemerintah sudah menganggarkan untuk penyediaan vaksin sebesar 30-40 juta dosis di PT Bio Farma dan pemerintah memberi pendanaan sebesar Rp5 triliun tahun ini. Tahun depan mungkin bisa disiapkan Rp40 triliun sampai Rp50 triliun," katanya dalam Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) 2020 secara daring, Rabu.
Ia menjelaskan saat ini Bio Farma dan Sinovac Biotech tengah melakukan uji klinis fase ketiga yang melibatkan 1.600 orang. Targetnya, vaksin sudah mulai bisa diproduksi pada Oktober mendatang dengan kapasitas 10 juta dosis per bulan dan hingga akhir tahun akan memproduksi 40 juta dosis. Kapasitas produksi pengembangan vaksin yang bekerja sama dengan China itu diharapkan mencapai 120 juta dosis per tahun.
Bio Farma, lanjut Airlangga, juga bekerja sama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI) untuk melakukan transfer teknologi formulasi vaksin. Bio Farma memproduksi vasin COVID-19 yang dikembangkan oleh CEPI.
Selain Bio Farma, Airlangga menjelaskan PT Kalbe Farma juga tengah bekerja sama dengan Genexine Consortium asal Korea Selatan dalam pengembangan vaksin COVID-19. Kerja sama uji klinis fase 3 akan dilakukan September 2020-Maret 2021 mendatang. Dengan kapasitas produksi yang ditargetkan hingga 50 juta dosis per tahun. Persetujuan kondisonal oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kemungkinan baru akan keluar pada Agustus 2021.
Sementara itu, PT BHCT Bioteknologi Indonesia juga bekerja sama dengan China Sinopharm International Corporation (Wuhan Institute of Bilogical Product) untuk melakukan uji klinis fase 1 dan 2 di rumah sakit rujukan COVID-19. Uji klinis mulai dilakukan April lalu di China.
Baca juga: Alasan Pemerintah pilih vaksin COVID-19 dari kandidat terbaik dan tercepat
Baca juga: Uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 resmi dimulai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020