Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan estimasi kasus tuberkulosis (TB) di Indonesia saat ini mencapai 845.000 namun yang baru ditemukan sekitar 69 persen.
"Artinya 540 ribu sekian yang kita temukan di seluruh provinsi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr Wiendra Waworuntu di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Dengan baru ditemukannya sekitar 69 persen TB di berbagai daerah, artinya masih terdapat 29 persen pengidap TB yang belum diketahui keberadaannya.
"Sisanya ini masih berkeliaran dan belum kita temukan serta bisa menularkan," ujarnya.
Sebelum pandemi COVID-19 terjadi, secara global Indonesia berada di posisi ketiga setelah India dan China kasus TB terbanyak dunia.
Meskipun obat TB sudah cukup banyak tersedia di berbagai layanan kesehatan, namun angka kematian akibat penyakit tersebut masih tergolong tinggi yaitu 13 orang per jam.
"Sekitar 10 ribu puskesmas dan rumah sakit sudah tersedia obat-obat TB ini," katanya.
Masih tingginya angka kematian akibat kuman mycobacterium tuberculosis tersebut tidak hanya disebabkan oleh TB sensitif tetapi TB resisten obat juga masih cukup tinggi.
Saat ini kementerian terkait memperkirakan terdapat sekitar 24 ribu TB resisten, kemudian TB dengan HIV sebanyak 21 ribu.
"Yang meninggal itu bukan karena HIV tapi karena tuberkulosis," ujar dia.
Kuman TB pertama kali ditemukan pada 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Sumber penularan penyakit tersebut yakni melalui droplet atau percikan air liur. Selain itu, TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab agen infeksius.
Baca juga: Rumah singgah TBC di Garut diharapkan percepat penyembuhan pasien
Baca juga: Pemprov Jabar perkenalkan Pergub Cetak Biru Pemberantasan TBC
Baca juga: Deteksi dini di Karawang temukan 3.000 lebih orang terduga TBC
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Artinya 540 ribu sekian yang kita temukan di seluruh provinsi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr Wiendra Waworuntu di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Dengan baru ditemukannya sekitar 69 persen TB di berbagai daerah, artinya masih terdapat 29 persen pengidap TB yang belum diketahui keberadaannya.
"Sisanya ini masih berkeliaran dan belum kita temukan serta bisa menularkan," ujarnya.
Sebelum pandemi COVID-19 terjadi, secara global Indonesia berada di posisi ketiga setelah India dan China kasus TB terbanyak dunia.
Meskipun obat TB sudah cukup banyak tersedia di berbagai layanan kesehatan, namun angka kematian akibat penyakit tersebut masih tergolong tinggi yaitu 13 orang per jam.
"Sekitar 10 ribu puskesmas dan rumah sakit sudah tersedia obat-obat TB ini," katanya.
Masih tingginya angka kematian akibat kuman mycobacterium tuberculosis tersebut tidak hanya disebabkan oleh TB sensitif tetapi TB resisten obat juga masih cukup tinggi.
Saat ini kementerian terkait memperkirakan terdapat sekitar 24 ribu TB resisten, kemudian TB dengan HIV sebanyak 21 ribu.
"Yang meninggal itu bukan karena HIV tapi karena tuberkulosis," ujar dia.
Kuman TB pertama kali ditemukan pada 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Sumber penularan penyakit tersebut yakni melalui droplet atau percikan air liur. Selain itu, TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab agen infeksius.
Baca juga: Rumah singgah TBC di Garut diharapkan percepat penyembuhan pasien
Baca juga: Pemprov Jabar perkenalkan Pergub Cetak Biru Pemberantasan TBC
Baca juga: Deteksi dini di Karawang temukan 3.000 lebih orang terduga TBC
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020