Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Sutatang mengakui masih banyak petani yang tidak mengikuti program asuransi pertanian, dikarenakan minimnya pengetahuan.
"Yang mengikuti asuransi pertanian di Indramayu itu bisa dikatakan masih sedikit," kata Sutatang di Indramayu, Minggu.
Menurutnya sedikitnya petani yang mengikuti asuransi pertanian itu dikarenakan masih minimnya pengetahuan, padahal program tersebut sangat membantu ketika sedang mengalami gagal panen.
Pihaknya mengakui sering ada sosialisasi kepada para petani, namun mereka kebanyakan enggan mengurus administrasi yang memerlukan waktu.
"Mungkin karena SDM nya juga yang mempengaruhi sedikitnya asuransi pertanian," tuturnya.
Dia mengakui ketika lahan yang ditanami padi itu sudah diasuransikan, maka ketika gagal panen baik dikarenakan kekeringan, bencana alam maupun hama nantinya bisa mendapatkan jaminan atau klaim ke perusahaan.
"Saat ini memang masih sangat sedikit yang ikut asuransi, padahal ini sangat bermanfaat," ujarnya.
Sutatang menambahkan dengan adanya kekeringan tahun ini, pihaknya berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah terutama untuk benih.
Diberitakan sebelumnya saat ini ada sekitar 3.000 hektare lebih tanaman padi terancam gagal panen, disebabkan kurangnya suplai air pada musim kemarau ini.
"Sementara laporan yang masuk ke kami ada 3.000 hektare lebih sawah yang terancam gagal panen," katanya.
Menurutnya dari 3.000 hektare lebih tanaman padi yang terancam gagal panen itu terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Losarang dan Kandanghaur.
Di mana dua kecamatan tersebut memang jauh dari Waduk Jatigede dan juga Bendung Rentang, sehingga pasokan air untuk tanaman tidak bisa sampai.
Baca juga: Petani di Indramayu pilih tanam samangka di musim kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Yang mengikuti asuransi pertanian di Indramayu itu bisa dikatakan masih sedikit," kata Sutatang di Indramayu, Minggu.
Menurutnya sedikitnya petani yang mengikuti asuransi pertanian itu dikarenakan masih minimnya pengetahuan, padahal program tersebut sangat membantu ketika sedang mengalami gagal panen.
Pihaknya mengakui sering ada sosialisasi kepada para petani, namun mereka kebanyakan enggan mengurus administrasi yang memerlukan waktu.
"Mungkin karena SDM nya juga yang mempengaruhi sedikitnya asuransi pertanian," tuturnya.
Dia mengakui ketika lahan yang ditanami padi itu sudah diasuransikan, maka ketika gagal panen baik dikarenakan kekeringan, bencana alam maupun hama nantinya bisa mendapatkan jaminan atau klaim ke perusahaan.
"Saat ini memang masih sangat sedikit yang ikut asuransi, padahal ini sangat bermanfaat," ujarnya.
Sutatang menambahkan dengan adanya kekeringan tahun ini, pihaknya berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah terutama untuk benih.
Diberitakan sebelumnya saat ini ada sekitar 3.000 hektare lebih tanaman padi terancam gagal panen, disebabkan kurangnya suplai air pada musim kemarau ini.
"Sementara laporan yang masuk ke kami ada 3.000 hektare lebih sawah yang terancam gagal panen," katanya.
Menurutnya dari 3.000 hektare lebih tanaman padi yang terancam gagal panen itu terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Losarang dan Kandanghaur.
Di mana dua kecamatan tersebut memang jauh dari Waduk Jatigede dan juga Bendung Rentang, sehingga pasokan air untuk tanaman tidak bisa sampai.
Baca juga: Petani di Indramayu pilih tanam samangka di musim kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019