Jakarta (Antaranews Jabar) - Sekretaris Dewan Rohaniawan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Budi Santoso Tanuwibowo mengatakan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie adalah seorang negarawan yang selalu menyuarakan tentang pentingnya mengamalkan nilai-nilai pluralisme.
Jimly juga terdepan dalam membela kepentingan kelompok atau golongan tanpa membeda-bedakan, ibaratnya seperti Presiden RI keempat KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
"Prof Jimly adalah orang yang dalam kapasitas tertentu adalah Gus Dur zaman sekarang yang berani menyuarakan kebenaran meskipun harus berseberangan dengan kelompok lain. Tapi tentu dengan gayanya sendiri bukan gaya seorang Gus Dur, karena masing-masing punya pendekatan sendiri," kata Budi di Jakarta, Minggu.
Menurut Budi Santoso, Jimly adalah seorang negarawan, seorang yang berdiri di atas semua kelompok dan golongan yang di dalam benak dan hatinya selalu hanya berpikir bagaimana Indonesia lebih baik, tanpa mempersoalkan siapa orangnya, apa sukunya, apa agamanya.
JImly selalu memposisikan dirinya membela orang-orang yang terpinggirkan, yang terlupakan dan melakukan itu dengan konsisten.
"Khususnya saya sebagai orang Konghucu merasakan betul bahwa di setiap momen apa pun beliau selalu menyempatkan diri hadir meskipun harus meninggalkan acara-acara yang jauh lebih penting," kata Budi.
Bahkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, disebut Budi sebagai salah satu tokoh masa kini yang melanjutkan perjuangan Gus Dur tentang nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan kemanusiaan.
"Pegangan beliau (Jimly) adalah bangsa ini, kemanusiaan, bukan berpegangan pada sesuatu yang lebih sempit," kata Budi.
Jimly juga merangkul semua etnis, suku, tanpa melihat jumlah mayoritas atau minoritas dan siapa pun yang membutuhkan beliau selalu hadir dan sahabatnya juga multi ragam sama seperti Gus Dur, katanya.
"Satu hal yang mirip Gus Dur, (Jimly) tidak gila jabatan. Ketika jabatan datang, diterima, diupayakan, dikerjakan dengan baik dan tulus, kalaupun pergi diterima dengan lapang dada," kata Budi.
Ditambahkannya, saat ini Indonesia krisis pemimpin yang mau berjuang untuk kepentingan semua golongan seperti 'Bapak Pluralis' Gus Dur. Karena itu ia berharap, masih adanya sosok-sosok seperti Jimly, maka harus diberikan kesempatan untuk ikut berperan langsung sebagai pemimpin dalam membangun NKRI menjadi lebih baik.
"Beliau (Jimly) ini sangat layak menjadi tokoh dan guru bangsa untuk dijadikan panutan. Karena beliau tidak pernah berpikir untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, beliau selalu menyapa siapa pun yang memang perlu disapa, beliau tidak pernah membedakan apapun ikatan primordial yang dipunya seseorang," ungkapnya.