Antarajabar.com - Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat mengapresiasi keberhasilan Kabupaten Tasikmalaya yang telah mengekspor beras organik ke sejumlah negara, seperti Belgia, sejak tahun lalu dan keberhasilan tersebut tak lepas dari inovasi di bidang pertanian oleh pemkab setempat.
"Beras organik yang dikemas secara menarik mampu menarik konsumen dunia dengan harga yang tinggi. Beras organik harganya bisa empat sampai lima kali lipat. Walau cuma sekedar dibungkus, tapi itu meningkatkan harga jual," kata Anggota Komisi II DPRD Jabar Yunandar Eka Perwira, di Bandung, Rabu.
Selain itu, menurut dia, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya juga berhasil dalam memenuhi kebutuhan beras warganya.
"Kalau sebuah wilayah bisa melakukan ekspor beras maka itu artinya wilayah tersebut sudah mandiri. Ini kan sebuah prestasi dan patut diapresiasi," ujarnya.
Ia mengatakan pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dituntut lebih aktif dalam meningkatkan ketahanan pangan demi terciptanya kemandirian pangan di tengah terus bergeraknya laju pertumbuhan penduduk.
Menurut dia, saat ini konsep pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan tergolong pasif dan pemerintah hanya berupaya memenuhi kebutuhan pangan untuk masyarakat, tanpa memikirkan dari mana produksi pertanian itu berasal.
"Hanya membangun satu kondisi di mana pangan itu tersedia, tanpa mempersoalkan dari mana asalnya. Itu yang membuat kita tidak mandiri pangan," kata Yunandar.
Ia mengatakan seharusnya pemerintah mendorong daerah-daerah agar mampu memproduksi pangan secara mandiri.
"Masalahnya bukan ketersediaan lagi, tapi bagaimana bisa me-manage pengelolaan pangan ini, agar tidak impor terus," katanya.
Oleh karena itu, perlu keseriusan dalam menjaga ketahanan pangan dengan menciptakan berbagai terobosan dan untuk menjaga produktivitas pertanian perlu keberpihakan kepada para petani, salah satunya dengan memberi jaminan kesejahteraan bagi petani dan keluarganya.
"Dan jika perlu petani angkat sebagai PNS. Beri gaji tetap, tunjangan. Karena mereka sesungguhnya orang penting," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan selama ini petani kita tidak sejahtera sehingga minat warga untuk bertani terus berkurang.
Selain itu, menurutnya perlu kreativitas untuk menyiasati terus berkurangnya lahan pertanian dan pihaknya menilai perluasan lahan pertanian tidak hanya dilakukan secara horizontal, tetapi bisa juga vertikal seperti yang dilakukan di China dan Thailand.
"Dan bahkan lahan bekas pabrik bisa jadi ladang pertanian, semacam hidroponik. Perlu adanya industrialisasi pertanian agar hasil panen petani bisa terserap dengan baik.
Ia menambahkan selama ini, petani sering merugi karena menjual hasil pertaniannya dengan harga yang sangat murah.
"Petani tidak tahu mau menjual ke mana, akhirnya terpaksa menjual murah," ujarnya seraya menyebut petani pun harus dipermudah dalam memeroleh pupuk.
Oleh karena itu, inovasi hasil terus dilakukan agar produk pertanian memiliki nilai tambah dan kekhasan tersendiri sehingga pihaknya meyakini hasil pertanian akan memiliki nilai yang tinggi sehingga mampu mengangkat kesejahteraan petani.
DPRD Jabar Apresiasi Keberhasilan Tasikmalaya Ekspor Beras
Rabu, 1 November 2017 15:22 WIB