Cirebon (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati, Jawa Barat, mencatat suhu udara tertinggi di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) mencapai 37,6 derajat Celsius pada pekan ini.
Prakirawan BMKG Stasiun Kertajati Dyan Anggraeni mengatakan peningkatan suhu tersebut dipicu oleh posisi semu matahari yang saat ini berada di atas wilayah Pulau Jawa, sehingga radiasi sinarnya diterima lebih langsung oleh permukaan bumi.
“Posisi matahari yang berada di selatan ekuator menyebabkan peningkatan suhu di wilayah kita,” kata Dyan Anggraeni saat dikonfirmasi di Cirebon, Kamis.
Selain itu ia menyebutkan minimnya tutupan awan juga membuat sinar matahari tidak terhalang, sehingga siang hari terasa lebih terik dari biasanya.
Dari hasil pengamatan BMKG selama sepekan terakhir di tiga titik pemantauan yakni Penggung (Cirebon), Jatiwangi dan Kertajati (Majalengka), kata dia, suhu tertinggi tercatat 37,6 derajat Celsius pada 14 Oktober 2025.
Menurut Dyan, kondisi panas terik seperti ini lazim terjadi pada masa pancaroba atau peralihan musim.
Pada periode tersebut, lanjut dia, cuaca cenderung sangat panas pada siang hari dan berpotensi hujan pada sore hingga malam hari. “Pola seperti ini umum saat pancaroba, siangnya panas menyengat dan sore atau malam biasanya muncul hujan lokal,” ujarnya.
Dari catatan historis BMKG, kata dia, suhu ekstrem di wilayah Jawa Barat bagian timur pernah mencapai 40 derajat Celsius pada 12 Oktober 2002. Artinya suhu tinggi yang terjadi tahun ini masih tergolong dalam batas normal.
“Secara klimatologis, suhu panas saat ini masih dalam rentang wajar, meskipun terasa lebih menyengat dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Dyan Anggraeni.
BMKG mengimbau masyarakat di wilayah Ciayumajakuning agar tetap waspada terhadap dampak cuaca panas, terutama bagi kesehatan tubuh.
