Bandung (ANTARA) - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Area 2 Bandung mencatatkan sekitar 9,2 juta penumpang diangkut menggunakan rangkaian kereta komuter atau KA Lokal yang dioperasikannya pada semester I tahun 2025.
"Raihan pada semester ini naik sekitar 19,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu di semester I yang mencatatkan 7,7 juta penumpang," kata VP Corporate Secretary PT KCI Joni Martinus, di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Untuk semester I, kata Joni, volume penumpang tertinggi terjadi di bulan April 2025 dengan catatan sebanyak 1,7 juta penumpang diangkut di wilayah operasi KCI Area 2 Bandung.
Untuk okupansi kereta komuter di wilayah KCI Area 2 Bandung, Joni menjelaskan yang tertinggi pada semester I tahun 2025 ini adalah KA Lokal (Commuter Line) Bandung Raya yang telah melayani 5,1 juta orang atau rata-rata per hari 28.600 orang per hari, dari total 38 perjalanan setiap hari.
Kemudian, kata Joni lagi, KA Lokal Walahar yang mengangkut sekitar 2,29 juta orang atau per hari mengangkut 11 ribu penumpang dari total 10 perjalanan per hari. Lalu KA Lokal Garut yang selama semester I mengangkut sekitar 1,4 juta orang atau rata-rata 8.200 penumpang per hari dari enam perjalanan tiap hari.
"Kemudian yang terakhir adalah commuter line Jatiluhur yang selama semester 1 ini kami melayani sekitar 557.000 orang atau rata-rata per hari sekitar 3.000 orang penumpang dari empat perjalanan per hari," ujarnya pula.
Pada semester I tahun 2025 ini, kata Joni, aktivitas naik turun penumpang tertinggi terjadi di Stasiun Bandung dengan 1,2 juta orang yang bepergian dan 1,3 juta orang yang tiba.
Disusul Stasiun Cikarang, penumpang naik dan turunnya di sekitar 900 ribu orang, lalu Stasiun Cicalengka, penumpang naik dan turun sekitar 800 ribu orang.
"Lalu Stasiun Rancaekek yang mencatatkan 600-700 ribu orang, serta Stasiun Kiaracondong di angka 500 ribu orang lebih," ujarnya.
Peningkatan ini, kata Joni, mengindikasikan banyak masyarakat yang telah menyadari Commuter Line telah menjadi salah satu solusi terbaik dalam bermobilisasi atas tantangan kemacetan.
"Kita melihat ini karena masyarakat menilai menggunakan Commuter Line selain murah karena subsidi, kemudian ramah lingkungan karena mengangkut dalam jumlah massal, dan tak kalah penting bebas macet. Ini yang membuat kenapa terjadi kenaikan," kata Joni pula.