Bandung (ANTARA) - Salah satu Majelis Perwalian Amanah Forum Konservasi Macan Tutul jawa (Formata) Hariyo T Wibisono mengungkapkan Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) tidak mungkin masih ada dengan kondisi ekologis saat ini.
"Tidak, tidak ada. Dia kan secara ekologis enggak mungkin, gak mungkin ada. Jawa ini hutannya sudah terlalu sempit (untuk Harimau jawa)," kata Hariyo pada ANTARA dihubungi di Bandung, Kamis, terkait banyak laporan penampakan satwa yang dinyatakan punah sekitar 1980-an itu.
Satu ekor harimau, kata Hariyo, membutuhkan ruang hidup 40 sampai 300 kilometer persegi, sehingga di Pulau Jawa tidak mungkin lagi untuk menjadi habitat Harimau jawa.
Direktur Save Indonesian Nature & Threatened Species (Sintas) Indonesia yang ditemui saat acara diskusi Foksi di Bogor, Jawa Barat, mengatakan pihaknya telah memasang banyak kamera jebak, namun tidak pernah ada video yang menunjukkan satwa tersebut di alam liar.
"Kalau ada dan laporan tersebut benar, kenapa tidak ada satupun yang dapat. Kalaupun ada itu pasti kelihatan," ucapnya.
Hal ini semakin meyakinkannya bahwa sudah tidak ada lagi harimau jawa hidup di belantara Pulau Jawa, terlebih taman nasional lain juga tidak mendukung untuk habitat harimau jawa, bahkan cenderung lebih sempit.
"Itu kita cover 60 persen. Kemudian dikatakan Alas Purwo, Baluran itu juga enggak mungkin, lebih sempit. Banyak tempat yang sudah dipasang kamera itu kalau ada pasti ada," ucapnya.