Garut (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendorong pemerintah maupun lembaga terkait untuk mengoptimalkan sektor sport tourism (wisata olah raga), karena berpotensi mendatangkan banyak orang, sehingga usaha perhotelan tetap bisa mendapatkan penghasilan menyusul adanya efisiensi anggaran.
"Dampak dari agenda sport tourism di Garut itu luar biasa, makanya ini sangat potensi bisa mendatangkan banyak orang," kata Ketua PHRI Kabupaten Garut, Deden Rohim kepada wartawan di Garut, Senin.
Ia menuturkan, Kabupaten Garut memiliki banyak bisnis perhotelan dan restoran yang tersebar di wilayah Garut, terutama di sekitar tempat destinasi wisata seperti Cipanas Garut dan perkotaan.
Bisnis hotel dan restoran di Garut itu, kata dia, salah satu sumber penghasilan yang cukup besar bukan hanya dari kunjungan wisatawan saat musim libur, tapi juga kegiatan yang diselenggarakan pemerintahan maupun agenda yang mendatangkan banyak orang seperti olah raga.
"Makanya sport tourism ini bisa dilaksanakan di Garut, dan Garut ini sudah memiliki banyak tempat untuk penyelenggaraan sport tourism," kata Deden.
Ia menyebutkan, arena olah raga di Garut cukup tersedia banyak dan beragam, di antaranya gelanggang olah raga akuatik di lapangan Ciateul, kemudian paralayang di Bukit Satwika, dan Haruman.
Salah satu contoh kegiatan olah raga yang mampu menarik banyak orang, kata dia, seperti yang baru dilaksanakan di Garut yakni lari bersama atau 'fun run" yang dampaknya cukup besar pada hunian hotel dan restoran.
"Contohnya kegiatan lari kemarin, itu luar biasa dampaknya, makanya Garut ini potensial, dan mereka yang datang ke Garut ini juga sudah ditunjang dengan fasilitas hotel, dan restoran," katanya.
Ia berharap untuk merealisasikan agenda sport tourism itu tentu perlu adanya kolaborasi dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Garut dan juga pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan lainnya.
Ia berharap, upaya bersama-sama menggeliatkan potensi wisata olah raga itu bisa mengatasi kekhawatiran menurunnya penghasilan sektor usaha hotel dan restoran dampak dari adanya efisiensi anggaran pemerintahan.
Ia mengungkapkan adanya efisiensi anggaran itu, saat ini sudah cukup terasa dampaknya seperti kegiatan kementerian yang sudah diagendakan digelar di Garut semuanya dibatalkan.
"Seperti kegiatan kementerian di Hotel Rancabango, maupun Sampireun itu di-'cancel' semua, ini belum laporan dari hotel-hotel lainnya, yang informasinya sama di-'cancel'," katanya.
PHRI Garut mencatat agenda pemerintahan yang dibatalkan di hotel dampak pemangkasan anggaran yakni Hotel Santika dari empat instansi pemerintahan daerah Garut, Provinsi Jawa Barat, dan Jakarta.
Selanjutnya Hotel Harmoni dilaporkan semua agenda kegiatan kementerian dibatalkan, Kampung Sampireun yakni kementerian, kemudian instansi pemerintah daerah, lalu Hotel Rancabango dilaporkan Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kesehatan membatalkan agendanya di Garut.