Antarajabar.com - Produk kain tenun khas Kabupaten Garut, Jawa Barat, mampu menembus pasar internasional di lima negara yakni Jepang, Beijing, New York, Inggris, dan Myanmar.
"Pemasaran kita sudah mencapai beberapa negara pertama dulu ke Jepang, Beijing, New York, Inggris, dan Myanmar," kata Ketua Kelompok Perajin Tenun Sutra Alam Famili, Hendar Rogesta di sentra tenun, Kabupaten Garut, Selasa.
Ia menuturkan tembusnya produk kain tenun ke lima negara itu sudah dimulai sejak 2012 setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dari Cita Tenun Indonesia (CTI) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN).
Sebelumnya, kata dia, tidak mengetahui cara pemasaran produk tenun yang diproduksinya ke pasar luar negeri.
"Sebelumnya kita tidak tahu jadi tahu, setelah ada binaan ada dari Cita Tenun Indonesia dan dari PGN," katanya.
Ia mengatakan perhatian CTI dan PGN itu berupa pelatihan produk agar lebih menarik, dan perhatian pengadaan fasilitas pembuatan tenun.
Adanya perhatian itu, kata dia, perajin tenun Garut dapat mengikuti berbagai pameran fashion dibeberapa negara yang memberikan dampak pada penjualan.
"Responnya bagus, ada timbal balik permintaan kepada kita banyak," katanya.
Tingkat permintaan pasar itu, kata dia, seperti negara Inggris meminta 1.500 meter per bulan, tetapi baru terpenuhi sebanyak 500 meter per bulan.
Hendar mengaku kelompok perajinnya belum dapat memproduksi banyak kain tenun untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.
"Kita masih keterbatasan dalam produksi, sebulan, perajin maksimal bisa menghasilkan tenun ikat 500 meter, tenun sulam 300 meter, dan tenun songket 20 meter," katanya.
Kain tenun khas Garut yang dijual ke pasar nasional maupun luar negeri berkisar paling rendah Rp450 ribu dan cukup tinggi Rp1,6 juta per 2,5 meter.
Perajin tenun di Garut selama ini, selain jumlah perajin juga masih mengalami keterbatasan bahan baku.
"Alhamdulillah sekarang setiap tahun kelompok perajin bertambah hingga saat ini berjumlah 16 kelompok yang beranggotakan 2-3 orang setiap kelompok," katanya.
Kain Tenun Garut Tembus Pasar Lima Negara
Rabu, 23 Maret 2016 11:05 WIB