Jakarta (ANTARA) -
Seperti pada kebiasaan masyarakat suku Batak, yang sering menurunkan kain-kain tradisional ke setiap generasinya untuk digunakan dalam berbagai acara adat.
Hal itu diakui pendiri dan CEO Tobatenun Kerri na Basaria, di mana orang-orang suku Batak biasanya memiliki satu lemari penuh berisi kain-kain tradisional yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun.
Ia pun memberikan saran dan tips untuk merawat kain tradisional agar tetap tahan lama dan warna tetap awet, terlebih jika kain tersebut menggunakan bahan alam.
"Tenun alam tidak bisa dicuci di mesin cuci, dan hanya dicuci dengan air dingin, biasanya pakai sampo atau sabun bisa," kata Kerri dalam konferensi pers Tobatenun di Jakarta, Senin.
Selain itu, jika ingin menggunakan detergen Kerri juga mengingatkan untuk tidak menggunakan detergen untuk cuci baju biasa, tapi bisa diganti menggunakan detergen berbahan organik.
Sedangkan untuk mengeringkan kain tenun yang memakai pewarnaan alam, sebaiknya tidak langsung terkena sinar matahari karena bisa memudarkan warna aslinya.
"Lebih diangin-angin saja karena pewarrna alam atau tenun kena matahari langsung bisa pudar warnanya," jelas Kerri.
Jika ingin disetrika, gunakan suhu yang sedang atau jangan terlalu panas. Sementara dalam menyimpan kain tenun agar tahan lama juga disarankan di tempat yang kering dan tidak lembab.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tips menjaga dan merawat kain tradisional dengan pewarna alami