Pergantian pola bermain itu sendiri tak mengubah Indonesia sebagai tim yang lebih menguasai lapangan. Sayang, lini serang Garuda kesulitan menembus lawan karena Tim Naga lebih sering menumpuk pemain di garis pertahanan dan mengandalkan serangan balik.
Lebih dominan
Shin Tae-yong lalu mencoba peruntungan timnya dengan memasukkan Pratama Arhan yang spesialis lemparan ke dalam, guna merusak tembok berlapis pertahanan China.
Terbukti kemudian pemain Suwon FC inilah yang merusak konsentrasi barisan belakang China ketika lemparan ke dalamnya menjadi awal bagi terciptanya gol Thom Haye empat menit menjelang waktu normal 90 menit habis.
Arhan hampir mengulanginya pada menit-menit kemudian, tapi kali ini pemain-pemain China lebih siap menangkal kemungkinan kemelut akibat lemparan ke dalam gelandang Indonesia itu.
Ini memang kekalahan yang menyesakkan dada, terutama karena kedua gol lawan tercipta akibat komunikasi bermain yang sempat buruk pada babak pertama.
Namun jika melihat statistik pertandingan ini secara umum, Garuda adalah tim yang lebih dominan.
Melepaskan 602 umpan dengan akurasi 83 persen, Ivar Jenner cs adalah pihak yang mendikte lawan walau tampil jauh di kandang lawan, yang juga laga tandang ketiganya dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.
Catatan Garuda yang kembali berseragam putih-putih itu jauh lebih baik dibandingkan China yang melepaskan 194 umpan dengan akurasi 52 persen.
Itu artinya, kemampuan pemain-pemain Indonesia dalam mengalirkan bola dari kaki ke kaki tiga kali lebih baik dibandingkan China.
Wajar jika kemudian lalu lintas bola dalam pertandingan ini lebih diatur oleh Merah Putih yang menguasai 76 persen distribusi bola.
Akibatnya pula, pemain-pemain asuhan Shin Tae-yong menjadi kumpulan pemain yang lebih banyak menciptakan peluang ketimbang pemain-pemain asuhan Branko Ivankovic.
Jika China hanya menciptakan 5 peluang yang 3 di antaranya tepat sasaran, maka Indonesia melakukan tiga kali lebih banyak dengan 14 peluang yang 6 di antaranya tepat sasaran.
Setelan awal
Itu statistik yang tak boleh diremahkan, apalagi bagi tim berperingkat paling rendah bukan saja di Grup C tapi juga di seluruh grup putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Terlebih Indonesia harus menjalani dua laga tandang dalam waktu lima hari sembari menempuh perjalanan sejauh total 14 ribu kilometer. Meski perjalanan yang ditempuh China lebih jauh lagi, 16 ribu km, setidaknya dua laga yang dijalani China tak semuanya laga tandang.
Ini kekalahan perdana Garuda dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, tapi ini juga pertama kalinya Garuda menjadi tim yang lebih menekan lawan.
Lebih istimewa lagi, pencapaian itu dilakukan di kandang lawan, yang berselisih peringkat 38 level. China berperingkat 91, sedangkan Indonesia 129.
Masih ada enam pertandingan lagi. Empat dari enam pertandingan ini adalah laga kandang, sedangkan dua lainnya pertandingan tandang.
Jika tampil dominan seperti Selasa malam tadi itu, sembari menajamkan lagi tim serangan dan meminimalkan komunikasi yang sempat buruk pada babak pertama melawan China tadi itu, maka statistik melawan China tetap modal berharga dalam menjalani enam laga tersisa.
Itu terutama untuk empat laga kandang, termasuk melawan Jepang yang hari ini gagal melanjutkan tren kemenangan setelah ditahan seri 1-1 oleh Australia di kandang sendiri di Saitama.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Garuda tampil menjanjikan walau ditaklukkan Naga
Garuda tampil menjanjikan meski ditaklukkan Naga
Rabu, 16 Oktober 2024 5:27 WIB