Pesantren kilat bukan melulu mengaji dan mendengarkan tausiah, tapi bisa juga diisi dengan belajar materi mengenai perfilman, seperti yang dilakukan oleh Taman Baca Masyarakat Sukamulya, Bandung.
Menurut ketua pelaksana Nita Juniati, pesantren kilat tersebut memang sengaja dibuat berbeda supaya banyak pemuda yang menjadi sasaran tertarik mengikutinya.
Ide itu bermula dari dari keresahan Nita beserta relawan TBM Sukamulya. Mereka ingin mewadahi muda-mudi di kampung tempat taman baca itu berdiri agar bisa melakukan kegiatan yang positif.
Menurut Nita, dia ingin anak-anak sekolah di kampung di sebuah sudut Kota Bandung itu punya kegiatan yang bermanfaat saat bulan Ramadhan yang bertepatan dengan masa ketika mereka sedang menikmati libur panjang. Kemudian diadakanlah kegiatan Pesantren Kilat Film Islami.
"Dari pada ngawur ke sana ke sini, kita tarik aja ikut pesantren kilat. Makanya kami cari yang menarik," kata Nita.
Senada dengan Nita, Ketua TBM Sukamulya RD Noni Suarsih (49) memberikan tanggapan bahwa untuk mengadakan kegiatan yang ditujukan kepada anak-anak muda memang harus bisa berinovasi, harus bisa memunculkan ide kreatif sekaligus memancing kreativitas.
"Kalau biasa-biasa biasanya gak mendapat perhatian. Inovasi baru perlu agar pemuda-pemudi ingin ikut serta dalam pesantren kilat," katanya.
Selain itu, menurut Noni, pesantren kilat fim Islami itu juga terinspirasi dari istilah "Movislam" yang berasal dari sebuah kalimat yang diucapkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Itu terkait pernyataan Emil yang mencanangkan Kota Bandung sebagai Kota Film sejalan dengan terus berkembangnya industri kreatif di kota itu.
Sejalan dengan itu, Pesantren Kilat Film Islami digelar untuk mengembangkan kreativitas insan muda berbasis literasi yang Islami.
"Sesuai dengan tema yang diusung Aktif, Kreatif, Inovatif, dan Komukatif atau akik," kata Nita.
Menurut dia, dengan adanya kegiatan tersebut semoga pemuda-pemudi di Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung mendapatkan ilmu tentang dunia perfilman yang Islami. Terutama kepada 30 peserta yang mengikuti kegiatan pesantren kilat film Islami tersebut.
"Kan seru ya kalau warga sini bisa berdakwah melalui film," kata Nita.
Para peserta dengan sukarela datang mendaftar untuk mengikuti kegiatan pesantren kilat. Nita sengaja membatasi peserta maksimal 30 agar panitia bisa lebih leluasa mengoordinasi para peserta tersebut.
"Sengaja cuma segitu, biar terkoordinir. Ruangan juga kan tidak terlalu luas," kata Nita.
Para peserta pesantren film tersebut umumnya adalah muda-mudi yang sering membaca di TBM Sukamulya. Jadi mereka umumnya sudah mengenal taman baca itu.
Sebelum pesantren kilat film Islami itu dimulai, peserta diarahkan untuk membaca buku yang tersedia di taman baca agar mereka mempunyai referensi saat praktik film. Selain itu, akan ditetapkan pula kegiatan menulis catatan harian selama movislam berlangsung.
Kegiatan Pesantren Kilat Film Islami berlangsung selama satu minggu. Dengan waktu yang disepakati bersama peserta selama satu jam setengah, mulai pukul 12.30 sampai dengan 14.00.
Sebelum materi disampaikan, relawan dari Taman Baca Masyarakat (TBM) atau narasumber dari komunitas film True Dream Movie menunjuk salah satu peserta agar memimpin pengajian dan memberikan tausiah.
Kegiatan diawali dengan membaca ayat suci Alquran. Kemudian tausiah selama tiga menit. "Atau biasa disebut kutil, kuliah tiga menit," kata Nita.
Selanjutnya materi tentang perfilman akan disampaikan oleh pemateri dari komunitas.
Tiga hari pertama, para peserta diberi materi tentang perfilman. Mulai dari bidang penulisan skenario, "music director", penyutradaraan, "wadrobe", "make up", aktor, dan editor. "Ini menjadi salah satu daya tarik dari pesantren kilat ini," kata Nita.
Di hari itu pula, para peserta langsung diarahkan ke bidang yang disukainya dan saat materi pascaproduksi, peserta sudah memiliki ketertarikan ke bidang yang diminati.
Di hari selanjutnya peserta langsung praktek menggarap satu film. Selama dua hari terakhir peserta akan praktek langsung ke lapangan.
"Satu film menurut aku udah cukup ya. Soalnya biar materi utama bisa nyampe ke anak-anak. Untung-untung bisa dua film. Tapi prioritas satu aja," kata Nita.
Menurut Nita, selanjutnya film hasil garapan peserta pesantren kilat itu akan diikutsertakan dalam Festival Film Pos Indonesia pada akhir tahun 2015.
"Tapi kalau filmnya nggak dapat juara, setidaknya bisa menjadi kebanggaan bagi peserta. Kan bisa di 'upload' di sosial media masing-masing," kata dia.
"Lagi pula kan yang dicari bukan juaranya, tapi ilmunya," kata Nita melanjutkan.
Salah satu pemateri bagian pascaproduksi Ramadhan Setia Nugraha (24) menyatakan sangat bersemangat ketika melihat para peserta yang antusias mengikuti acara tersebut.
"Yang pasti mah semangatlah, soalnya antusias dari peserta bagus banget. Jadi tambah semangat berbagi ilmunya," katanya.
Rak-rak buku yang mengelilingi ruangan itu menjadi saksi keramaian peserta dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Setidaknya raut wajah yang serius dan tawa anak-anak muda tersebut adalah bagian dari rasa yang dimiliki saat itu. Meski ada beberapa peserta yang ketiduran ketika pemateri menyampaikan materi, suasana ceria tak pernah hilang dari kegiatan itu.
Ruangan persegi panjang itu sesak dipadatai oleh pemuda-pemudi yang duduk dengan beragam gaya. Mereka yang perhatiannya tertuju ke depan asyik menikmati film pendek yang disajikan melalui tembakan cahaya yang berasal proyektor.
Menurut Nita film adalah salah satu media baru yang sekarang sedang banyak peminatnya. Audio visual yang ada pada film mempermudah masyarakat untuk mengerti. Selanjutnya dakwah melalui film akan semakin mudah dan sangat efektif.
Dari situlah muncul keyakinan dan tekad yang kuat dari Nita dan pengelola TBM lainnya untuk mengadakan kegiatan tersebut. "Masa sih masyarakat Sukamulya tidak bisa," katanya.
Siti Nuraeni Agustia
Belajar Bikin Film di Pesantren Kilat
Minggu, 12 Juli 2015 21:01 WIB