Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Senin, merosot dipengaruhi data penurunan tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2024.
Pada akhir perdagangan Senin, rupiah ditutup tergelincir 78 poin atau 0,51 persen menjadi Rp15.456 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.378 per dolar AS.
"Angka laju pengangguran AS pada Jumat pekan lalu terpantau lebih rendah yakni sebesar 4,2 persen dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 4,3 persen,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin.
Ibrahim menuturkan tingkat upah secara bulanan naik 0,7 persen dari perkiraan kenaikan 0,3 persen. Demikian juga secara tahunan naik 3,8 persen dari perkiraan kenaikan 3,7 persen.
Hal tersebut berujung pada ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) lewat CME FedWatch Tool tetap tinggi namun semakin meningkat untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) dibandingkan 50 bps. Sehingga dolar AS mengalami rebound dan tekanan terhadap rupiah kembali terjadi di awal perdagangan pekan ini.
Investor masih belum memutuskan skala pemangkasan suku bunga Federal Reserve, Fed Funds Rate, yang diharapkan akhir September dan mengamati pembacaan inflasi AS pekan ini untuk petunjuk lebih lanjut. Sementara data tenaga kerja AS memang terpantau tidak dalam kondisi yang baik namun tidak seburuk yang diperkirakan.
Selain itu, data harga konsumen (CPI) dari Tiongkok menjadi pendorong disinflasi global, dengan harga produsen turun 1,8 persen per tahun pada Agustus ketika analis telah memperkirakan penurunan sebesar 1,4 persen.
CPI juga meleset dari perkiraan sebesar 0,6 persen untuk tahun ini, dengan hampir semua kenaikan harga pangan, dan harga barang naik hanya 0,2 persen, yang menunjukkan permintaan domestik yang lemah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kurs rupiah merosot dipengaruhi tingkat pengangguran AS yang turun