Jakarta (ANTARA) -
Dunia merayakan keindahan alam air terjun lewat Hari Air Terjun Internasional yang jatuh setiap tanggal 16 Juni.
Menyadur dari situs National Today, tokoh yang menetapkan perayaan Hari Air Terjun Internasional tidaklah diketahui pasti.
Namun begitu, sejarah awal mula perayaan Hari Air Terjun Internasional bisa dikatakan berawal dari kebangkitan era Romantisme yang meningkatkan kesadaran dan kekaguman masyarakat Eropa terhadap alam, termasuk keberadaan air terjun.
Minat tersebut kian bertambah ketika masyarakat Eropa memasuki masa Revolusi Industri yang semakin bergantung pada pembangkit listrik tenaga air. Namun begitu dalam perjalanannya, penjelajah Eropa sering mengabaikan nama air terjun yang telah lebih dulu diberikan oleh penduduk asli demi nama yang lebih ‘Eropa’.
Misalnya saja, dokter dan penjelajah Skotlandia David Livingstone menamai Air Terjun Victoria dengan nama Ratu Victoria, padahal air terjun tersebut sudah dikenal sebagai Mosi-oa-Tunya oleh penduduk asli daerah tersebut.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dunia lantas merayakan Hari Air Terjun Internasional guna mengingatkan masyarakat pentingnya air terjun sekaligus sejarah dan konteks lokal yang melekat pada air terjun tersebut.
Adapun dalam konteks masyarakat Eropa secara khusus, meskipun merupakan bagian penting dari kehidupan dan sejarah peradaban mereka, air terjun belum banyak diteliti. Tidak ada nama khusus untuk bidang penelitian air terjun, namun yang populer menggambarkan studi air terjun sebagai 'waterfallology'.
Hingga akhirnya, penjelajah Eropa mulai terbiasa mendokumentasikan air terjun yang mereka temui. Kemudian pada tahun 1493, Christopher Columbus menulis tentang Air Terjun Carbet di Guadeloupe, yang mungkin merupakan air terjun pertama yang pernah dilihat orang Eropa di Amerika.