Sementara, perjalanan dengan menggunakan kereta cepat China Railway menjanjikan waktu tempuh yang lebih singkat menjadi satu jam 30 menit.
Sejumlah warga negara Indonesia dengan rute perjalanan yang sama tampak antusias menjajal kereta pendahulu Whoosh itu. Tak jarang, mereka sesekali menghentikan langkah menuju gerbong kereta untuk mengabadikan bagian luar kereta.
Salah satunya adalah Widianto (37 tahun), pria asal Bogor, Jawa Barat. Ia sebelumnya pernah melakukan perjalanan dengan kereta Whoosh di Indonesia.
Menurut pengakuannya, yang menarik perhatiannya adalah kemiripan dalam lokasi penempatan stasiun.
“Baik di Jakarta, Qiqihar, maupun Harbin, semua stasiunnya terletak cukup jauh dari pusat kota. Mungkin sekitar 40 menit (waktu tempuh),” ujarnya.
Secara keseluruhan, pengalaman Widianto saat menaiki kedua kereta, baik Whoosh maupun China Railway (CRH), cukup serupa. Sedikit perbedaan terasa di interior yang memiliki nuansa warna berbeda dan perbedaan usia yang cukup terlihat dari tampilan berbagai panelnya.
Interior kereta Whoosh didominasi dengan nuansa kayu dan warna merah, sementara kereta China Railway cenderung bernuansa pucat dengan palet warna coklat dan abu-abu.
Konfigurasi tempat duduk juga cukup berbeda. CRH disusun 3-2, sementara Whoosh dengan pengaturan duduk sebagian besar 3-3.