Kang Tejo terbiasa membaca Al Fatihah dan selawat, mulai dari saat menanam bibit hingga perawatan selanjutnya.
Dengan seperti itu, ia tidak hendak memistikkan nilai agama dan mengamankan perkebunan. Ia hanya ingin memperlakukan tanaman sebagai sesuatu yang hidup dan merindukan perhatian. Perhatian itu dari jiwa, tidak ada salahnya di momen tertentuq sambil memanfaatkan waktu untuk ingat kepada Tuhan.
"Jadi, mohon maaf, saya tidak sok agamis, tapi hanya ingin memberikan sesuatu pada alam atau bentuk terima kasih pada alam yang telah membawa pikiran dan hati pada rasa damai saat berinteraksi dengan tanaman itu," katanya, saat berbincang dengan ANTARA.
Karena COVID-19
Awalnya, Kang Tejo berkebun adalah dampak dari pandemi COVID-19, yang mengharuskan semua orang tinggal di dalam rumah. Kala itu, ia mencoba memanfaatkan areal tanah kosong di sebelah rumahnya untuk ditanami singkong.
Pada masa COVID-19 kita disarankan untuk sering berjemur. Kang Tejo mencoba berjemur, tapi lama-lama bosan. Akhirnya dicoba menanam singkong di kebun sambil berjemur.
Diperolehnya bibit singkong merupakan kebetulan dari temannya yang membawa bibit itu. Kang Tejo kaget ketika tahu bibit yang ditanamnya tumbuh dengan subur.
Selain itu, areal yang kini lebih dikenal sebagai kebun literasi itu sering dikunjungi orang untuk sekadar menikmati hijaunya daun atau berkonsultasi mengenai berbagai persoalan kehidupan dengan Kang Tejo.