Bandung (ANTARA) - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Jawa Barat memperkirakan panen raya kali ini yang berlangsung mulai April 2024 di wilayah ini akan mengalami surplus beras.
Walaupun secara akumulasi rentang waktu, diakui Kepala DTPH Jabar Dadan Hidayat, surplus ini belum mampu menutup defisit beras imbas dari fenomena gelombang panas El Nino yang menyebabkan waktu tanam bergeser.
"Panen diperkirakan itu April, Mei, Juni. Saat ini saya melihat sudah ada surplus, walaupun kecil. Tapi kalau kita akumulasi dari Januari, memang masih minus," ujar Dadan di Gedung Sate Bandung, Rabu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan luasan panen tanaman padi di Jabar. Pada 2022 lahan yang dipanen seluas 1.662.404 hektare dan di 2023 anjlok menjadi 1.580.873 hektare.
Anomali iklim disebut menjadi faktor utama menurunnya produktivitas padi di Jawa Barat, Dadan mengungkapkan, di 2023 ada 36.803 hektare terendam banjir. Akibatnya 21.064 hektare mengalami gagal panen atau puso, belum lagi akibat kekeringan, longsor dan lain-lain.
"Banjir atau kekeringan itu fenomena iklim, pasti berpengaruh. Banjir bisa menyebabkan puso, kering juga bisa menyebabkan puso," ucapnya.
Demikian pula, ucap Dadan, di awal 2024 di mana perubahan iklim juga masih menjadi penyebab menurunnya produktivitas beras di Jawa Barat, lantaran petani belum bisa mengolah sawah secara tepat waktu.
"Ini masih terjadi di sebagian Jabar, terutama kawasan selatan. Juga ada curah hujan tinggi sehingga irigasi meluap dan ada longsor di kawasan pegunungan. Yang terdampak di Subang, Karawang, Cirebon dan Ciamis," ucapnya.