Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan menganalisa diameter puting beliung yang melanda Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terlalu kecil untuk disebut tornado karena cakupannya tak sampai 10 kilometer.
"Tornado di Amerika Serikat biasanya melibatkan tiga sampai empat kota, seperti Mississippi, California, dan New Orleans kena semua. Sedangkan, (puting beliung di Bandung) hanya Rancaekek yang diameternya kurang dari 10 kilometer," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Eddy menuturkan selain cakupan wilayah yang tergolong sempit, angin kencang berputar di Bandung juga memiliki kecepatan yang rendah sekitar 50 sampai 70 kilometer per jam.
Menurutnya, bencana angin kencang berputar baru bisa dikatakan tornado apabila memiliki kecepatan angin menembus angka 120 kilometer per jam.
Berdasarkan Skala Enhanced Fujita, kecepatan angin yang mencapai 120 kilometer per jam tersebut masuk ke dalam skala F1.
Tak hanya diameter yang kecil dan kecepatan yang rendah, faktor pembangkit angin kencang di Bandung hanya bersumber dari awan kumulonimbus yang sedikit dan sempit.
Badai tornado muncul di negara lintang tinggi, seperti Amerika Serikat akibat keberadaan awan kumulonimbus yang besar dan luas.
"Biasanya tornado berasal dari awan-awan yang ada di atas lautan masuk ke daratan. Sedangkan di Rancaekek tidak, karena berada di tengah Pulau Jawa," papar Edy.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa fenomena puting beliung yang melanda Bandung, salah satunya dipicu akibat perubahan tata guna lahan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Diameter puting beliung di Bandung tak sampai 10 kilometer