Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengaku kaget ketika melihat ragam ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang diajarkan di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
"Tadi saya melihat, saya kaget juga melihat ada yang belajar robotik, belok ke sebelah kanan lagi belajar lagi mengenai Bitcoin," katanya saat menyampaikan sambutan pada acara peresmian operasional gedung kampus terpadu UNU Yogyakarta yang diikuti secara daring melalui TVNU dari Jakarta, Rabu.
Saat meninjau ruang-ruang belajar di kampus baru UNU Yogyakarta, Presiden juga melihat pelaksanaan pembelajaran reksadana, saham, investasi, hingga teknologi kecerdasan buatan.
Presiden menyampaikan bahwa pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi itu patut dibanggakan.
"Sebagai lokomotif kemajuan pendidikan, UNU Yogyakarta tidak boleh hanya bangga pada gedungnya. Yang utama bangga pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologinya, bangga terhadap pendidikan unggulnya untuk mencetak intelektual Nahdliyin yang kompetitif di dunia profesional dan sukses menjadi entrepreneur," katanya.
Pada acara peresmian operasional gedung kampus terpadu UNU Yogyakarta, Presiden juga meresmikan awal pembangunan Mohammed Bin Zayed College of Future Studies di lingkungan UNU Yogyakarta di Kota Yogyakarta.
Acara itu diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama oleh Rektor Mohammed Bin Zayed University for Humanities Khalifa Mubarak Al Dhaheri dan Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo.
Setelah penandatanganan nota kesepahaman, Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab Suhail Mohammed Al Mazroei menyerahkan maket tiga dimensi bangunan Gedung Mohammed Bin Zayed College of Future Studies kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf.
Tanggapan Ketum PBNU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebut pembangunan Kampus Terpadu Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta bermula dari visi pribadi Presiden Joko Widodo.
"Saya akui ini dimulai dari visi pribadi Presiden Joko Widodo. Beliau yang menggagas tentang bagaimana membantu NU lebih siap menghadapi masa depan, bahkan menyumbang secara lebih strategis untuk masa depan dengan mengembangkan UNU Yogyakarta ini menjadi sedemikian rupa," kata Gus Yahya saat Resepsi Puncak Hari Lahir (Harlah) Ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) di Kampus Terpadu UNU Yogyakarta, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu.
Gus Yahya menyebut Gedung UNU Yogyakarta merupakan wujud lompatan yang seharusnya baru bisa dilihat 50 tahun yang akan datang namun dipercepat melalui pembangunan yang tuntas dalam tempo dua tahun.
"Saya kira ini merupakan lompatan lebih dari 50 tahun untuk ukuran universitas NU. Untuk kita semua yang tahu bagaimana rupa UNU Yogyakarta sabelumnya, saya kira setuju dengan saya bahwa ini adalah wajah yang seharusnya 50 tahun lagi baru kita lihat," ujar dia.
Tidak berhenti di situ, lanjut Gus Yahya, Presiden Joko Widodo juga turut mengajak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk ikut memberikan dukungan lahan kampus.
"Tidak berhenti di situ, Presiden Jokowi juga turut mengajak saudara beliau Yang Mulia Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed untuk membantu UNU Yogyakarta," kata dia.
Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed akan menyumbang MBZ College for Future Studies di UNU Yogyakarta yang "kickoff" pembangunannya dilakukan pada Rabu (31/1).
"Ini nanti saya dengar rencananya akan diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat lagi dengan lompatan yang jauh lebih ke depan lagi mungkin 100 tahun yang akan datang," ujar dia.Karena itu, dalam Resepsi Puncak Harlah Ke-101 NU tersebut, dia mengaku sengaja mengundang pengurus NU serta para kiai dari berbagai wilayah di Indonesia untuk menyaksikan mimpi tentang masa depan namun yang diwujudkan melalui bangunan UNU Yogyakarta.
"Saya perlihatkan gambar mimpi tentang masa depan. Ini sangat penting sekali supaya kita bisa sungguh-sungguh membulatkan tekat untuk mengawal kemenangan Indonesia," kata dia.
Rangkaian Peringatan Harlah Ke-101 NU di Yogyakarta bertajuk "Memacu Kinerja Mengawal Kemenangan Indonesia" telah dibuka dengan istigasah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul pada Minggu (28/1).
Dilanjutkan Halaqah Nasional tentang Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawir, Krapyak, Yogyakarta, pada Senin (29/1) dan Konferensi Besar (Konbes) NU di lokasi yang sama pada Selasa (30/1).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden kaget melihat ragam ilmu yang diajarkan di UNU